Nuklir Iran

AKTAMEDIA.COM, TEHERAN – Gencatan senjata dalam perang antara Israel dan Iran yang mulai berlaku sejak jam 11:30 waktu jakarta kemarin, adalah inisiatif Israel, disampaikan ke Presiden AS, lalu Trump menyampaikan proposal ini lewat negara Intermediaries Qatar, lalu sampai ke meja Iran. Iran menyetujui. Lalu terjadilah gencatan senjata.

Tapi secara de facto, Iran dan Israel masih dalam kondisi perang, diatas kertas, perang ini belum berakhir, tinggal siapa duluan nanti yang akan merusak gencatan senjata ini. Iran menyetujui gencatan senjata tanpa syarat, artinya, AS dan Israel tidak boleh memasukkan syarat apapun atau memaksakan apapun kepada Iran sebagai term gencatan senjata.

Dalam sebuah perang, yang dinilai bukan siapa yang membunuh lebih banyak, siapa yang mati lebih banyak, dan siapa yang kehilangan prajurit atau jenderal lebih banyak. Tapi siapa yang mencapai tujuan tujuan substansial dari perang itu sendiri.

Dalam perang dunia ke II, Soviet adalah negara paling hancur, paling menderita, paling banyak kehilangan prajurit, dan paling banyak warga Inya yang tewas, tapi Soviet adalah salah satu pemenang perang dunia ke II selain AS dll dari blok sekutu.

Dalam perang Israel dan Iran kali ini yang berlangsung selama 12 hari atau tepatnya 11 hari 7 jam waktu timur tengah. Israel sama sekali tidak mencapai apa yang ingin mereka capai sejak awal perang dari 12 Juni lalu.

Israel sudah lama menginginkan perang dengan Iran, tapi Israel sadar tidak mampu melakukannya sendiri. Oleh sebab itu Israel berupaya keras menarik AS kedalam perang agar benar benar mampu menghancurkan Iran. Dengan gencatan senjata ini, harapan Israel pupus.

Israel juga menginginkan semua jenis nuklir Iran harus dihancurkan, dan semua kemampuan nuklir Iran harus dilemahkan dengan membunuh para ilmuan nuklir dan para pejabat militer Iran. Tujuan ini juga tidak tercapai, perang ini berhenti, tapi nuklir Iran akan terus lanjut bahkan akan lanjut lebih cepat.

Israel menginginkan Iran sebagai lawan paling tangguh di kawasan itu yang bisa membuat semua rencana dan cita cita pendirian Israel raya secara geopolitik bisa dikalahkan. Rencana ini beranggotakan dengan kondisi Iran yang masih tegak berdiri kokoh.

Israel menginginkan kehancuran Iran, yang dengan itu bisa melemahkan semua poros proxi Iran selama ini di kawasan itu, dari Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, Milisi di Irak, dan Hamas juga PIJ di Gaza. Semua ini juga tidak tercapai.

Israel juga menginginkan tujuan akhir yaitu menggulingkan pemerintahan Iran dibawah Ali Khamenei, mengganti rezim Iran dengan sisa sisa Keturunan Pahlevi yang saat ini dilindungi AS – Israel di eropa. Ini juga gagal. Justru rakyat Iran saat ini lebih solid berdiri disamping Ali Khamenei. Ini adalah frustasi lain bagi Israel.

Iran adalah batu sandungan terbesar bagi semua agenda agenda Israel di kawasan yang ingin mendirikan Israel raya. Netanyahu tahun lalu telah membawa peta baru timur tengah yang dia presentasikan di depan PBB, yaitu, timur tengah tanpa Iran, dan palestina tanpa Gaza dan tanpa Hamas. Ilusi Israel ini sekarang berakhir.

Perang 12 hari kemarin adalah gempa GeoPolitic paling besar yang dialami oleh Israel sepanjang sejarah. Gempa ini lebih menghancurkan daripada gempa bumi, karena gempa ini merusak rencana, agenda, dan lebih dalam merusak psikologis orang Israel dan pemimpin Israel soal masa depan Israel raya.

Semua tujuan tujuan Israel tidak tercapai, semua map besar Israel jadi buram setelah dia dan AS gagal menaklukkan Iran kemarin bahkan dengan dukungan serangan AS secara langsung ke tanah Iran.

Masa depan nuklir Iran masih sangat cerah, serangan AS ke titik titik nuklir Iran beberapa hari lalu diyakini banyak para pakar adalah serangan kosong. Semua uranium Iran yang sudah diperkaya tersimpan aman tanpa tersentuh oleh Israel dan AS.

Pemerintahan Iran dibawah Ali Khamenei juga menjadi lebih kuat dan solid. Mayoritas rakyat Iran mendukung Ali Khamenei berperang habis habisan melawan Israel. Walaupun Iran harus hancur sekalipun. Rakyat Iran dan pimpinan Iran lebih memilih Iran jadi abu ketimbang menjadi keset kaki bagi Israel seperti mayoritas rezim Sunni lainnya saat ini.

Secara geopolitik, posisi Iran saat ini keluar sebagai pemenang perang, gencatan senjata dadakan yang diajukan Israel dan AS adalah bukti bahwa Iran dalam kalkulasi Israel tidak akan dapat ditaklukkan, maka berhenti perang bagi Israel lebih baik daripada telat dan semua kondisi tak terkendali lagi.

Dari sisi studi kawasan, perang Israel dan Iran kemarin adalah gempa GeoPolitic lain yang bisa menghancurkan seluruh kawasan. Jika AS all out menggempur Iran seperti yang mereka lakukan di Irak 22 tahun lalu, maka seluruh kawasan akan terbakar, bukan hanya timur tengah, tapi seluruh dunia bisa berguncang, dan kondisi ini sangat tidak menguntungkan AS dan Israel.

Kondisi perang all out akan membawa dunia kepada situasi tak terkendali. Baik secara politik, ekonomi, geopolitik, geostrategis, dll. Kondisi ini akan dimanfaatkan negara besar lainnya seperti Chiyoda. Rusia untuk melemahkan AS jangka panjang. Kalkulasi ini lebih masuk di kepala Trump, oleh sebab itu, perang harus berhenti sebelum terlambat.

Dukungan Iran terhadap semua proxi geopoltik mereka di kawasan juga akan bisa meningkat pasca perang ini. Iran akan terus menjadi supporter paling penting bagi hizbullah, Houthi, sampai Hamas dan PIJ di Gaza.

Pasca perang ini, dengan melihat kondisi dunia Arab yang diam bahkan diam diam membantu Israel, semua supporter palestina hanya akan punya satu kesimpulan: sekarang hanya Iran yang bisa diharapkan dalam situasi lapang atau sempit. Hanya Iran yang bisa membuat Netanyahu berpikir dua kali, hanya Iran yang bisa diandalkan jika perang meletus kembali kapanpun seperti 7 Oktober lalu.

Perang ini membuka mata banyak orang tentang kemampuan dan kekuatan Israel, yang dulu dikira kuat tak terkalahkan, rupanya tidak seperti yang dibayangkan. Israel sekarang hancur, porak poranda, ekonomi dan politik nya kacau, dan secara wibawa runtuh dalam 12 hari ini.

Salah satu cara Israel menutup malu adalah dengan sering seringnya Netanyahu tampil ke media berpidato mengklaim kemenangan. Sedangkan pemimpin Iran tidak banyak bicara. Biar warga dunia yang menilai apa yang terjadi di Israel 12 hari ini.

Dengan keluarnya Iran sebagai anggota NPT dan men-cancel semua kerjasama dengan IAEA, maka dipastikan Iran akan melanjutkan program nuklirnya apapun kata dunia. Iran memang harus belajar kepada Pakistan dan Korut. Selama anda tidak punya nuklir, anda akan terus menjadi sasaran bully an kekuatan arogan.

Trump sadar betul, seperti yang dia akui kemarin di media, bahwa mengganti rezim Iran akan menghasilkan kekacauan di seluruh kawasan. Dan PR sebesar itu tidak akan mampu dipikul oleh AS apalagi Israel. Maka pilihan berhenti perang disini lebih aman bagi AS dan Israel.

Setelah perang ini, Israel dan AS kemungkinan akan menempuh segala cara untuk melucuti nuklir Iran dengan jalan diplomasi. Dan tekanan akan diberikan kepada Iran dengan cara lain. Tapi jika dalam kondisi perang saja Iran bisa bertahan, mungkin tekanan diplomasi akan bisa diatasi.

Iran pasca perang ini, mau tidak mau harus memperkuat kembali aliansi global nya, meratifikasi banyak perjanjian internasional terutama dengan Rusia dan China, harus kembali meningkat kemampuan diplomasi untuk mampu survive sebagai satu-satunya negara di kawasan itu yang di embargo AS dan Eropa hampir setengah abad. Ini adalah PR besar Iran kedepannya.

Menilai kondisi perang Israel dan Iran saat ini adalah dengan kacamata pertarungan kekuatan great power dan dengan logika Geopolitik juga logika balance of power.

Menilai perang antar dua kekuatan besar di timur tengah yaitu Israel dan Iran adalah ranah hubungan internasional dan logika hegemoni global. Bukan dengan logika Syiah atau Sunni, bukan logika tokoh agama yang berpijak pada fanatisme ideologi yang berujung debat kusir tak berkesudahan.

Menilai perang Geopolitik antara Iran dan Israel adalah soal menilai siapa yang mengambil posisi dominasi atas yang lain, dan siapa yang punya posisi “Escalation Dominance” untuk menguasai keadaan pasca perang nanti dengan semua prediksi dan prospek nya.

Konflik Ini adalah ranah nya Hubungan Internasional, Studi kawasan, dan Ranah Geopoltik. dunia sedang fokus membahas ini, tidak ada pembahasan tentang perseteruan Sunni atau Syiah. Karena tema perdebatan Sunni dalam perang ini sudah dibahas oleh orang orang yang nganggur.

Tengku Zulkifli Usman
Pengamat GeoPolitik.

Steven
Author: Steven

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *