AKTAMEDIA.COM, AGAM – Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dikenal dengan alamnya yang menawan serta tradisi adat dan Islam yang kuat. Dari sekian banyak nagari, dua di antaranya menonjol sebagai simbol kemajuan dan kemakmuran: Nagari Koto Gadang dan Nagari Lawang. Kedua nagari ini tidak hanya dikenal di ranah Minang, tetapi juga di tingkat nasional bahkan internasional, berkat warisan budaya, kekuatan ekonomi, dan peran perantaunya.
Koto Gadang: Nagari Intelektual dan Kerajinan Perak
Sejarah Panjang dan Jejak Tokoh Bangsa
Koto Gadang, yang terletak di Kecamatan IV Koto, Agam, memiliki reputasi sebagai “nagari intelektual”. Dari nagari inilah lahir tokoh-tokoh besar bangsa, seperti Haji Agus Salim (pahlawan nasional dan diplomat ulung), Rohana Kudus (wartawati pertama Indonesia), hingga sederet intelektual dan birokrat yang mewarnai sejarah negeri.
Masyarakat Koto Gadang sejak dahulu dikenal menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Perantau dari Koto Gadang banyak yang berhasil meniti karier di rantau, lalu pulang membawa ilmu, pengalaman, dan modal untuk membangun nagari.
Ekonomi dan Kerajinan Perak
Selain dikenal karena SDM-nya, Koto Gadang memiliki identitas ekonomi yang kuat lewat kerajinan perak. Sejak zaman kolonial Belanda, perak Koto Gadang telah menjadi komoditas unggulan. Bentuknya bervariasi, mulai dari perhiasan, hiasan rumah, hingga suvenir bernilai seni tinggi. Produk perak ini bahkan dipasarkan hingga ke luar negeri.
Perekonomian nagari semakin ditopang oleh remitan perantau. Peran diaspora Koto Gadang membuat taraf hidup masyarakat relatif tinggi dibanding nagari lain di Agam.
Lawang: Nagari Gula Merah dan Pesona Kelok 44
Panorama Alam di Tepi Danau Maninjau
Berbeda dengan Koto Gadang yang menonjol dalam bidang intelektual dan kerajinan, Nagari Lawang di Kecamatan Matur bersinar lewat panorama alam dan sektor pertaniannya. Lawang berada di jalur wisata menuju Kelok 44, jalan berliku yang menuruni bukit ke Danau Maninjau. Dari ketinggian, pemandangan Danau Maninjau yang membentang biru menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Ekonomi Gula Merah Lawang
Sumber kemakmuran Lawang tidak lain berasal dari perkebunan tebu dan produksi gula merah Lawang yang terkenal seantero Sumatera Barat. Proses pembuatan gula merah dilakukan secara tradisional, namun menghasilkan cita rasa khas yang membedakan Lawang dari daerah lain. Produk ini menjadi penopang ekonomi utama masyarakat.
Selain gula merah, sektor pariwisata juga menjadi motor penggerak ekonomi. Banyak homestay, kedai kopi, hingga pusat oleh-oleh berkembang berkat wisatawan yang singgah menikmati panorama.
Persamaan Koto Gadang dan Lawang
Meskipun berbeda dari sisi keunggulan, keduanya memiliki kesamaan penting:
1. Perantauan Kuat – Anak nagari banyak merantau dan sukses, lalu mengirimkan modal dan membantu pembangunan di kampung halaman.
2. Identitas Ekonomi Khas – Koto Gadang dengan peraknya, Lawang dengan gula merahnya.
3. Tingkat Pendidikan & Kesadaran Budaya Tinggi – Menjadikan masyarakat lebih adaptif terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri.
4. Kemakmuran Relatif Tinggi – Dibanding banyak nagari lain di Agam, kedua nagari ini dianggap sebagai contoh keberhasilan dalam menjaga keseimbangan antara adat, agama, dan ekonomi.
Dua Permata Agam yang Tetap Bersinar
Nagari Koto Gadang dan Nagari Lawang adalah bukti bahwa kearifan lokal, pendidikan, serta semangat merantau dapat menciptakan kesejahteraan. Dari tangan para pengrajin perak Koto Gadang hingga asap manis gula merah Lawang, keduanya menjadi simbol kemakmuran dan kebanggaan Kabupaten Agam.
Bagi siapa saja yang berkunjung ke Sumatera Barat, dua nagari ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga cermin keuletan dan kejayaan masyarakat Minangkabau di ranah dan di rantau.
Leave a Reply