Ditulis oleh: Ade Surya Dwi Putra – Pegiat Lingkungan Hidup, Kota Pekanbaru
AKTAMEDIA.COM, PEKANBARU – Sejak awal Juni 2025, pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru mengalami perubahan signifikan. Pemerintah Kota melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mengambil alih peran pihak ketiga dan mulai mengoperasikan Lembaga Pemungut Sampah (LPS). Langkah ini adalah respons cepat atas kondisi darurat sampah yang sempat membuat kota kita “nyaris lumpuh” secara estetika dan ekologis pada pertengahan tahun ini.
Sebagai pegiat lingkungan, saya menyambut baik keputusan ini. Namun saya juga perlu menegaskan: perubahan sistem hanya akan berhasil bila didukung perubahan perilaku. Kita tidak bisa semata-mata mengandalkan armada pengangkut atau sistem baru tanpa kesadaran dan keterlibatan aktif dari masyarakat.
Krisis yang Jadi Momentum
Selama beberapa pekan di bulan Juni, tumpukan sampah menghiasi sudut-sudut kota. TPS liar bermunculan, sungai dipenuhi limbah rumah tangga, dan bau menyengat menjadi pemandangan sehari-hari. Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem yang terlalu bergantung pada satu pihak, tanpa kontrol sosial dan partisipasi publik.
Namun, krisis ini juga bisa menjadi momentum. Kota ini butuh sistem yang lebih tangguh, bukan hanya cepat tanggap.
Tantangan dan Harapan untuk LPS
Dengan pengelolaan yang kini sepenuhnya di bawah kendali pemerintah lewat LPS, ada peluang besar untuk memperbaiki sistem dari hulu ke hilir. Namun, beberapa tantangan perlu diperhatikan:
- Pemilahan dari Sumber Belum Jalan
Pengangkutan akan selalu jadi pekerjaan berat jika sampah tidak dipilah sejak dari rumah. Pekanbaru butuh gerakan besar untuk edukasi dan pemberian insentif pada keluarga yang memilah sampah. - Bank Sampah Harus Diperkuat
Keberadaan bank sampah di tingkat RT/RW harus menjadi garda depan, bukan sekadar pelengkap. Pemerintah perlu memfasilitasi dan memberi dukungan teknis maupun finansial agar bank sampah tumbuh sehat dan berkelanjutan. - Kolaborasi Lebih Luas
LPS tidak bisa bekerja sendiri. Masyarakat, komunitas lingkungan, sektor swasta, bahkan pelaku UMKM, semua harus dilibatkan. Kesadaran kolektif inilah yang akan menjadi fondasi keberhasilan sistem baru.
Jalan ke Depan: Edukasi, Insentif, dan Aksi Kolektif
Saya mengusulkan agar Pemko Pekanbaru mencanangkan program besar bertajuk #PekanbaruBersih2025, dengan target yang terukur dan partisipatif. Edukasi ke sekolah, pelatihan kader lingkungan, dan pemberian insentif ekonomi bagi warga yang memilah sampah bisa menjadi bagian dari gerakan ini.
Kota kita adalah rumah bersama. Jika kita ingin menjadikannya bersih, sehat, dan lestari, maka pengelolaan sampah harus dimulai dari kesadaran pribadi, didukung oleh sistem yang adil dan transparan.
Mari kita jadikan momentum transisi ini sebagai awal dari budaya baru: budaya peduli, budaya memilah, dan budaya gotong royong demi lingkungan.
Leave a Reply