Advertisement

Nagari Atar Kampung Nya Juragan Fotocopy

AKTAMEDIA.COM, BATUSANGKAR – Di tengah hamparan hijau perbukitan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, berdiri sebuah desa kecil yang menyimpan cerita besar. Desa Atar, yang berada di Kecamatan Padang Ganting, telah dikenal secara nasional sebagai “kampungnya juragan fotokopi.” Julukan ini bukan tanpa alasan. Ratusan usaha fotokopi dan alat tulis yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, terutama di Jawa, ternyata dimiliki oleh warga asal desa ini. Fenomena unik ini tak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari semangat merantau, kerja keras, dan semangat berbagi ilmu antargenerasi.

Awal Mula: Dari Seorang Perantau ke Puluhan Pengusaha

Kisah inspiratif ini bermula dari sosok Haji Yuskar, seorang perantau asal Desa Atar yang mengadu nasib di Kota Bandung pada dekade 1980-an. Dengan modal terbatas, ia merintis usaha fotokopi dan alat tulis kecil-kecilan di dekat lingkungan kampus. Usaha ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan mahasiswa akan layanan cetak dan fotokopi.

Namun, keberhasilan H. Yuskar tak hanya berhenti pada dirinya sendiri. Ia melihat potensi besar dari semangat para pemuda di kampung halamannya. Dengan tekad untuk memberdayakan sesama, ia mulai mengajak anak-anak muda dari Atar untuk bekerja bersamanya. Di Bandung, mereka bukan hanya menjadi karyawan, melainkan murid-murid bisnis yang secara perlahan dilatih untuk mandiri.

Berbagi Ilmu, Memberi Modal

Langkah berikutnya dari H. Yuskar adalah mendorong kemandirian. Setelah para pemuda itu cukup pengalaman, ia memberikan mereka modal dan kepercayaan untuk membuka usaha sendiri. Ada yang tetap di Bandung, ada pula yang merambah ke kota-kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, hingga pelosok daerah di Pulau Jawa.

Inilah titik awal dari jaringan pengusaha fotokopi asal Desa Atar. Mereka membuka toko di dekat kampus, sekolah, dan instansi pemerintahan. Selain menjual jasa fotokopi, bisnis mereka juga melayani kebutuhan alat tulis, jilid skripsi, cetak dokumen, hingga penjilidan buku. Dalam waktu dua dekade, lahirlah puluhan bahkan ratusan “juragan fotokopi” dari desa kecil ini.

Efek Domino Ekonomi dan Sosial

Keberhasilan para perantau itu membawa perubahan besar bagi Desa Atar. Ekonomi desa meningkat pesat. Rumah-rumah permanen berdiri megah, jalan-jalan diperbaiki, dan fasilitas umum seperti masjid serta sekolah dibangun dengan swadaya masyarakat. Anak-anak muda melihat harapan baru: bahwa merantau bukan sekadar mencari kerja, tapi membuka peluang menjadi pengusaha.

Bahkan, Desa Atar kini menjadi salah satu contoh sukses pemberdayaan komunitas melalui semangat merantau dan sistem mentoring bisnis. Pemerintah daerah, akademisi, hingga media nasional pun melirik fenomena ini sebagai model pengembangan UMKM berbasis kultural.

Warisan Budaya Minangkabau: Rantau dan Mandiri

Fenomena ini sejatinya tak lepas dari budaya Minangkabau yang menjunjung tinggi semangat merantau. Dalam tradisi Minang, laki-laki muda memang didorong untuk keluar dari kampung, menguji kemandirian, dan kembali membawa ilmu atau harta untuk membangun nagari. Namun, yang membuat kisah Desa Atar berbeda adalah keberhasilan mereka menyinambungkan kesuksesan pribadi menjadi gerakan kolektif.

Para juragan fotokopi ini bukan hanya pebisnis, tapi juga mentor, pembimbing, dan donatur bagi generasi berikutnya. Mereka menciptakan ekosistem yang tak bergantung pada pemerintah, namun bertumpu pada nilai gotong royong, saling percaya, dan tekad untuk maju bersama.

Penutup

Desa Atar adalah bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dan bahwa semangat kebersamaan bisa membangun kejayaan ekonomi dari desa yang sederhana. Dari mesin fotokopi yang sederhana, lahir kisah sukses yang menginspirasi banyak orang: bahwa dengan niat baik, kerja keras, dan kemauan untuk berbagi, sebuah desa bisa menjadi ikon nasional kewirausahaan.

Steven
Author: Steven

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *