AKTAMEDIA.COM, JAKARTA – Dalam sebuah pengakuan dan wawancara dengan Bloomberg News selama lima jam, ia menyampaikan bahwa dirinya tidak bangga dengan kepemilikan dua dokumen, dimana satu dimiliki oleh tim dan dua (hasil penggelembungan) dilaporkan kepada investor.
Kisah Awal Gibran Terpikir Palsukan Laporan eFishery
Kenyataan pahit bahwa aksi memoles laporan keuangan diketahui investor menyulut pertanyaan, bagaimana awal Gibran melakukannya.
Ide pembuatan alat pakan otomatis (fish feeder) Gibran dapatkan ketika bersekolah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dilatarbelakangi kondisi ekonominya saat itu yang harus bekerja demi mendapatkan uang.
Budidaya ikan menjadi perhatiannya namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa bisnis ini melelahkan, utamanya terkait pakan. Maka munculah ide untuk memulai mengerjakan pemberi makan ikan otomatis.
Berjalannya waktu fish feeder belum menjadi solusi konkrit karena persoalan tingginya harga pakan masih belum teratasi. Apalagi setelah menyelami bisnis budidaya ikan lebih dalam, diketahui margin yang didapat sangat tipis.
Gibran dengan cepat mengubah haluan agar pembudidaya atau para petambak dapat menyewa alatnya daripada membelinya. Idenya ini harapannya dapat menyebarkan feeder ke pasar dengan lebih cepat dan menutup biaya produksinya dalam beberapa tahun.
Akan tetapi karena ia harus membayar perangkat di muka, itu juga berarti ia menghabiskan uang tunai. Pencarian investor di fase eFishery berdiri berakhir dengan penolakan.
Baru pada Desember 2017, perusahaan startup hanya memiliki uang tunai sebesar US$8.142, menurut pengajuan peraturan Singapura. Namun, Aqua-Spark, VC asal Belanda masih tertarik. Pada bulan Mei 2018, mereka menawarkan untuk bergabung dengan putaran Seri A dengan dana sebesar US$1,5 juta yang dikirimkan dalam tiga tahap yang sama. Dana terakhir sebesar US$500.000 hanya akan diberikan jika ada investor lain yang ikut serta.
Kesepakatan itu memberinya waktu, tetapi tetap saja tidak ada pihak lain yang setuju untuk bergabung. Lebih jauh lagi, Gibran meyakini akan kehilangan US$1 juta dolar pertama jika ia gagal menarik investor lain. Amy Novogratz, salah satu pendiri Aqua-Spark, mengatakan dalam sebuah pernyataan di bahwa tidak ada tanggung jawab pribadi yang terkait dengan perjanjian tersebut.
Ia kemudian bertanya kepada sesama founder startup di Indonesia bagaimana mereka bisa mendapatkan pendanaan baru. Cara-cara yang dia terima tidak jelas dan sebatas kode, tetapi jawabannya, seperti yang diterima Gibran, pada dasarnya adalah dengan memalsukan angka.
“Mereka mengatakan bahwa mereka memanipulasi deratan angka, bahwa mereka memiliki beberapa inisiatif ‘growth hacking’ yang mereka lakukan dan biasanya mereka melakukannya sebelum penggalangan dana,” katanya.
Saya tahu itu salah. Namun ketika semua orang melakukannya dan mereka masih baik-baik saja dan tidak pernah ketahuan, Anda akan mempertanyakan apakah langkah itu benar-benar salah.
Leave a Reply