AKTAMEDIA.COM, JAKARTA — Fenomena monkey-barring (berpindah-pindah pasangan tanpa jeda seperti monyet bergelantungan dari dahan ke dahan) sebagai tren kencan modern yang melibatkan perpindahan dari satu pasangan ke pasangan lain tanpa jeda menimbulkan keprihatinan serius dalam konteks psikologi hukum keluarga Islam, khususnya terkait pembentukan karakter dan kesiapan emosional menuju pernikahan yang sakral. Berdasarkan laporan Wolipop Detik yang dipublikasikan pada 21 Agustus 2025, fenomena ini telah menjadi perhatian para pakar hubungan sebagai bentuk perselingkuhan modern yang berbahaya.
Monkey-barring (berpindah-pindah pasangan), istilah yang mengacu pada perilaku seseorang yang terus berpindah dari satu hubungan romantis ke hubungan lainnya tanpa periode refleksi atau penyembuhan emosional, telah menjadi fenomena yang semakin umum di era digital. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perilaku ini tidak hanya mencerminkan ketidakstabilan emosional, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip fundamental dalam hukum keluarga Islam yang menekankan pentingnya kesetiaan, komitmen, dan persiapan mental spiritual sebelum memasuki ikatan pernikahan. Fenomena ini memerlukan analisis mendalam dari perspektif psikologi Islam untuk memahami implikasi jangka panjangnya terhadap institusi keluarga.
Dari sudut pandang psikologi, monkey-barring menunjukkan karakteristik ketidakstabilan attachment (keterikatan emosional) yang signifikan. Penelitian dalam bidang attachment theory (teori keterikatan) mengungkapkan bahwa individu dengan pola anxious attachment (keterikatan cemas) yang berakar dari trauma masa kecil atau hubungan yang tidak sehat dengan figur otoritas cenderung menunjukkan perilaku ketergantungan emosional yang berlebihan (Debrot et al., 2020). Ketergantungan emosional yang tidak sehat ini menciptakan siklus destruktif di mana individu terus mencari validasi (pengakuan) eksternal tanpa mengembangkan kestabilan internal. Dalam konteks Islam, hal ini bertentangan dengan konsep tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) yang mengharuskan seseorang untuk terlebih dahulu mencapai kematangan spiritual dan emosional sebelum memasuki hubungan yang serius.
Hukum keluarga Islam memberikan panduan yang jelas mengenai tahapan menuju pernikahan, dimulai dari ta’aruf (saling mengenal), khitbah (lamaran), hingga akad nikah (ijab kabul pernikahan). Setiap tahapan ini dirancang untuk membangun fondasi yang kuat bagi hubungan jangka panjang. Penelitian dalam Islamic psychology (psikologi Islam) menjelaskan bahwa konsep ‘iffah (menjaga kehormatan diri) dan istiqamah (konsistensi dalam kebaikan) merupakan prasyarat fundamental yang harus dipenuhi sebelum seseorang dianggap siap untuk menikah (Harun & Mohd. Taib, 2025). Perilaku monkey-barring yang ditandai dengan ketidakkonsistenan dan ketidakmampuan untuk berkomitmen jelas melanggar prinsip-prinsip ini, sehingga dapat merusak kesiapan psikologis dan spiritual individu untuk menjalani pernikahan yang berkah.
Studi dalam bidang attachment dan romantic relationships (hubungan romantis) menunjukkan bahwa individu dengan riwayat ketidakstabilan dalam hubungan menunjukkan kesulitan dalam mengembangkan intimacy (keintiman) dan trust (kepercayaan) yang berkelanjutan (Hammonds, 2020). Temuan ini sejalan dengan konsep Islamic psychology yang menekankan bahwa kestabilan emosional dan spiritual merupakan prediktor utama keberhasilan pernikahan. Penelitian neurosains (ilmu saraf) juga mengkonfirmasi bahwa perilaku attachment yang tidak konsisten dapat mengubah struktur neural (syaraf) yang berkaitan dengan bonding (ikatan) dan commitment (komitmen), sehingga mempengaruhi kemampuan individu untuk membangun hubungan yang langgeng (Simpson & Rholes, 2012).
Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan pendekatan holistik (menyeluruh) yang mengintegrasikan prinsip-prinsip psikologi Islam dengan intervensi terapeutik (terapi penyembuhan) modern. Program konseling pra-nikah yang berbasis Islamic counseling (konseling Islami) terbukti efektif dalam membantu individu mengidentifikasi dan mengatasi pola perilaku destruktif. Khan et al. (2025) mengembangkan model terapi yang menggabungkan teknik acceptance and commitment therapy (terapi penerimaan dan komitmen) dengan spiritual healing (penyembuhan spiritual) Islam, yang menunjukkan potensi keberhasilan dalam membantu klien mengembangkan attachment security (keamanan keterikatan) dan kesiapan emosional untuk pernikahan. Selain itu, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam sejak dini, khususnya terkait konsep sabar (menahan diri), syukur (berterima kasih), dan tawakkal (berserah diri kepada Allah), dapat menjadi fondasi preventif (pencegahan) yang kuat.
Fenomena monkey-barring menantang kita untuk merefleksikan kembali pentingnya pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam era modern. Ketergantungan emosional yang tidak sehat ini bukan hanya masalah individual, tetapi juga ancaman serius terhadap institusi keluarga Muslim. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara keluarga, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan kematangan emosional dan spiritual generasi muda, sehingga mereka dapat menjalani hubungan pra-nikah yang sehat dan membangun keluarga yang sakinah (tenteram), mawaddah (cinta kasih), wa rahmah (penuh rahmat).
Penulis adalah mahasiswa pascasarjana S3 Prodi Hukum Keluarga Islam UIN Suska Riau
Daftar Pustaka
Debrot, A., Stellar, J. E., MacDonald, G., Keltner, D., & Impett, E. A. (2020). Is touch in romantic relationships universally beneficial for psychological well-being? The role of attachment avoidance. Personality and Social Psychology Bulletin, 47(10), 1495-1509. https://doi.org/10.1177/0146167220977709
Hammonds, J. R. (2020). Attached and apart: Attachment styles and self-disclosure in long-distance romantic relationships. Journal of Relationships Research, 11, e17. https://doi.org/10.1017/jrr.2020.17
Harun, M. F., & Mohd. Taib, M. (2025). Putting an Islamic scholar’s hat on psychologist: A framework for integrating Islamic concepts into psychological research. Asian Journal of Islamic Psychology, 2(1), 1-17.
Khan, I., Dean, S., Ridge, D., & Souvlakis, N. (2025). The integration of Islamic psychology with acceptance and commitment therapy (ACT). Culture, Medicine, and Psychiatry, 49(3), 512-538. https://doi.org/10.1007/s11013-025-09924-5
Ouyang, X. (2025). Research on the role of attachment style on the dynamics of romantic relationship. Communications in Humanities Research, 65, 6-9.
Simpson, J. A., & Rholes, W. S. (2012). Adult attachment orientations, stress, and romantic relationships. Advances in Experimental Social Psychology, 45, 279-328. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-394286-9.00006-8
Rassool, G. H. (2022). Islamic Psychology. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781003052746
Leave a Reply