AKTAMEDIA.COM, FRANKFURT – Di tengah warga Frankfurt, Jerman, yang sedang bersantai di kota tua Romer, bangunan abad pertengahan yang ikonik di Altstadt Frankfurt am Main, sekaligus salah satu landmark paling penting di kota tersebut, para seniman Reyog Ponorogo mencuri perhatian ketika mulai mempersiapkan seperangkat gamelan dan penari.
Suasana semakin meriah kala penari Jathil hingga, Dadak Merak hingga Bujang Ganong unjuk kebolehan. Bahkan beberapa warga sekitar turut serta dalam tarian yang diiringi dengan harmoni slompret reyog, kendhang bem, kendhang ketipung, hingga kenong tersebut.
Kesenian Reyog Ponorogo juga pernah tampil dan menjadi juara pertama dalam acara Braunschweiger Karneval di Kota Braunschweigh, Jerman, pada tahun 2010 lalu.
Patung Warok setinggi 6 meter di Kota Ponorogo menjadi ikon Ponorogo sebagai Kota Reyog.
Warok, salah satu penampil di Kesenian Reyog, adalah seorang yang menguasai ilmu kanuragan, dan mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.
Kesenian Reyog menceritakan tentang Raja Ponorogo, Raja Klono, yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan dicegat oleh Raja Singa Barong (Reog) dari Kediri. Raja Klono dikawal oleh warok yg memiliki ilmu hitam mematikan.
Seluruh tarian dalam pertunjukan Kesenian Reyog merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, serta saling mengadu ilmu hitam, dan biasanya para penari dalam keadaan “kerasukan” saat mementaskan tariannya.
Meski Pemerintah Malaysia sempat mengajukan klaim bahwa Kesenian Reyog berasal dari Malaysia, namun UNESCO resmi menetapkan Reyog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia pada 7 Desember 2024 saat bersidang di Asunción, Republik Paraguay.
Leave a Reply