AKTAMEDIA.COM – Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya dan kompleks. Ia bukan hanya media ibadah dan pengantar teks suci, tetapi juga sistem linguistik yang memiliki kedalaman struktur, dinamika semantik, dan keunikan fonologi. Namun ironisnya, linguistik Arab sebagai disiplin ilmu justru sering terpinggirkan dalam dunia pendidikan Bahasa Arab di Indonesia. Guru dan mahasiswa lebih akrab dengan metode, buku ajar, dan kaidah-kaidah klasik, namun asing dengan pendekatan linguistik modern yang justru mampu menyederhanakan dan memetakan sistem bahasa secara ilmiah.
Saatnya kita menyadari bahwa tanpa pemahaman linguistik yang memadai, pengajaran bahasa Arab akan tertinggal, stagnan, dan tidak mampu menjawab tantangan pedagogis zaman ini.
Apa Itu Linguistik Arab dan Mengapa Penting?
Linguistik Arab (al-Lisānīyāt al-ʿArabiyyah) adalah ilmu yang mempelajari bahasa Arab secara sistematis, ilmiah, dan objektif—meliputi bunyi (ṣawt), bentuk kata (ṣarf), struktur kalimat (naḥw), makna (dalālah), hingga aspek sosial dan psikologis bahasa. Ini bukan sekadar kajian teoritis, melainkan alat bantu yang ampuh untuk memahami bagaimana bahasa Arab bekerja secara alami, bukan hanya secara normatif.
Dalam konteks pendidikan, pemahaman linguistik memberi manfaat besar:
- Memahami Kesalahan Bahasa Siswa Secara Ilmiah
Linguistik membantu guru menganalisis interlanguage, memahami transfer negatif dari bahasa ibu, dan menyusun strategi pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
- Membantu Desain Kurikulum dan Materi Ajar
Pendekatan linguistik dapat digunakan dalam menyusun silabus berbasis keterampilan, mengurutkan materi dari yang paling natural hingga kompleks, dan mengembangkan buku ajar yang komunikatif.
- Mendorong Penelitian Bahasa Arab yang Kuat
Tanpa kerangka linguistik, penelitian bahasa Arab hanya menjadi laporan praktik tanpa analisis mendalam. Linguistik memberi fondasi metodologis bagi penelitian yang valid dan bermanfaat.
Mengapa Masih Terpinggirkan?
Ada beberapa alasan mengapa linguistik Arab belum mendapatkan tempat yang layak dalam pendidikan PBA:
- Dominasi pendekatan tradisional: Banyak lembaga masih berorientasi pada pengajaran berbasis kaidah klasik, bukan pada pemerolehan bahasa.
- Kurangnya SDM dan literatur linguistik dalam bahasa Arab modern: Referensi linguistik Arab kontemporer masih sedikit digunakan, apalagi yang berbahasa Indonesia.
- Pandangan bahwa linguistik adalah kajian teoretis semata: Ini membuat guru merasa tidak perlu mendalaminya untuk mengajar bahasa Arab praktis.
Padahal, kenyataannya justru sebaliknya. Semakin tinggi pemahaman linguistik seseorang, semakin efektif pula ia dalam mengajarkan bahasa Arab secara komunikatif dan sistematis.
Integrasi Linguistik dalam Pendidikan PBA
Agar linguistik Arab berkontribusi nyata dalam pengembangan pendidikan bahasa Arab, beberapa langkah perlu dilakukan:
- Menjadikan linguistik sebagai mata kuliah inti dalam prodi PBA
Tidak cukup hanya Naḥwu dan Ṣarf, mahasiswa harus dikenalkan pada Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, dan Sosiolinguistik Arab.
- Pelatihan linguistik terapan bagi guru dan dosen
Misalnya pelatihan analisis kesalahan berbahasa, pengembangan soal berbasis korpus bahasa Arab, atau pendekatan komunikatif berbasis analisis struktur.
- Penulisan buku ajar linguistik Arab dalam bahasa Indonesia
Agar mahasiswa dan guru lebih mudah mengakses konsep linguistik kontemporer tanpa harus menguasai bahasa Arab tingkat tinggi sejak awal.
- Mendorong riset-riset linguistik Arab kontekstual
Topik-topik seperti interferensi bahasa ibu, variasi dialek Arab di Indonesia, atau kajian pragmatik Arab kontemporer sangat relevan dan potensial.
Penutup
Linguistik Arab bukan sekadar cabang ilmu, tetapi fondasi ilmiah bagi pengajaran dan pengembangan bahasa Arab di era modern. Tanpa itu, kita hanya akan mengulang-ulang pola pengajaran lama tanpa tahu mengapa siswa sulit berkembang. Dengan linguistik, kita bisa lebih objektif, ilmiah, dan adaptif terhadap kebutuhan pembelajar dan dinamika sosial-budaya.
Sudah saatnya linguistik Arab mendapatkan tempat yang layak, bukan di rak referensi perpustakaan, tetapi di ruang kelas, dalam strategi pengajaran, dan dalam kepala para guru dan dosen bahasa Arab.
Oleh: Ismail Akzam
Dosen Pendidikan Bahasa Arab
Leave a Reply