Advertisement

Sejarah Panjang Negara Siam Menjadi Thailand

AKTAMEDIA.COM, BANGKOK – Tentang sejarah negara Siam menjadi Thailand, mulai dari zaman kerajaan kuno hingga perubahan identitas nasional modern:

🏛️ Sejarah Panjang Negara Siam Menjadi Thailand

I. Pendahuluan

Thailand, yang dahulu dikenal sebagai Siam, adalah satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Barat selama berabad-abad. Perubahan nama dari “Siam” menjadi “Thailand” bukan sekadar penggantian nama, melainkan mencerminkan pergeseran identitas nasional, politik, dan arah sejarah negara tersebut. Proses ini berlangsung selama ratusan tahun dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kekuasaan kerajaan kuno, kolonialisme, hingga nasionalisme modern.

II. Asal Usul: Kerajaan-Kerajaan Awal

1. Kerajaan Sukhothai (1238–1438)

Sukhothai dianggap sebagai kerajaan Thai pertama. Didirikan oleh Raja Sri Indraditya, Sukhothai dikenal sebagai awal mula identitas budaya Thai, termasuk penggunaan alfabet Thai yang diciptakan oleh Raja Ramkhamhaeng. Sukhothai dipandang sebagai masa keemasan budaya, seni, dan agama Buddha Theravada.

2. Kerajaan Ayutthaya (1351–1767)

Kerajaan Ayutthaya menggantikan Sukhothai sebagai kekuatan utama di wilayah tersebut. Berpusat di lembah Sungai Chao Phraya, Ayutthaya menjalin hubungan dagang dengan negara-negara Eropa, India, Jepang, dan Cina. Ayutthaya adalah kerajaan besar yang selama 400 tahun memerintah sebagian besar wilayah yang sekarang menjadi Thailand.

3. Kerajaan Thonburi (1767–1782)

Setelah Ayutthaya dihancurkan oleh Burma pada 1767, Jenderal Taksin mendirikan Kerajaan Thonburi dan menyatukan kembali negeri yang terpecah. Namun, pemerintahannya berakhir setelah kudeta militer, dan Thonburi digantikan oleh kerajaan baru.

4. Kerajaan Rattanakosin (sejak 1782)

Didirikan oleh Raja Rama I, Kerajaan Rattanakosin menjadikan Bangkok sebagai ibu kota baru. Dinasti Chakri, yang dimulai dari Raja Rama I, masih berkuasa hingga saat ini dalam sistem monarki konstitusional. Raja Rama V (Chulalongkorn) dan Rama VI dikenal karena reformasi besar dan modernisasi negara.

III. Nama “Siam” dan Hubungan Internasional

Nama “Siam” mulai digunakan secara resmi dalam pergaulan internasional sekitar abad ke-14 hingga 20. Kata ini dipercaya berasal dari istilah Sanskerta “Śyāma” yang berarti gelap atau coklat, merujuk pada warna kulit penduduknya. Bangsa Barat, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris, mengadopsi istilah ini sejak mereka mulai berdagang di kawasan Asia Tenggara.

Di dalam negeri, penduduk menyebut negara mereka sebagai “Mueang Thai” atau “Prathet Thai”, yang berarti Tanah Thai. Namun secara resmi dan internasional, nama Siam tetap digunakan hingga awal abad ke-20.

IV. Masa Kolonialisme: Tantangan dan Diplomasi

Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, negara-negara di Asia Tenggara jatuh ke tangan penjajahan Barat: Vietnam, Kamboja, dan Laos oleh Prancis, serta Malaysia dan Myanmar oleh Inggris. Namun, Siam berhasil mempertahankan kemerdekaannya dengan cara berdiplomasi dan melakukan reformasi internal.

Raja Chulalongkorn (Rama V) menghapus sistem perbudakan, membentuk sistem hukum dan birokrasi modern, serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat untuk menjaga kedaulatan.

V. Revolusi 1932: Awal Era Modern

Pada tahun 1932, terjadi revolusi tanpa kekerasan yang mengakhiri sistem monarki absolut dan menggantinya dengan monarki konstitusional. Kekuasaan politik mulai beralih ke tangan militer dan elite sipil.

Pemimpin penting masa itu adalah Plaek Phibunsongkhram, seorang nasionalis dan militer yang memiliki visi untuk menciptakan negara Thailand yang kuat, modern, dan nasionalis.

VI. Perubahan Nama Menjadi Thailand (1939)

Pada 24 Juni 1939, di bawah pemerintahan Phibunsongkhram, nama resmi negara diubah dari Siam menjadi Thailand (ประเทศไทย), yang berarti “Negeri Orang Thai” atau “Tanah Kebebasan”.

Tujuan dari perubahan ini antara lain:

Menegaskan identitas nasional sebagai bangsa Thai.

Meningkatkan semangat nasionalisme.

Menunjukkan bahwa negara ini tidak pernah dijajah.

Menghapus citra lama kolonial dan tradisional Siam.

Namun, perubahan ini juga dikritik karena mengesampingkan kelompok etnis non-Thai seperti Khmer, Melayu, Karen, dan Lao yang juga merupakan bagian dari negara tersebut.

VII. Nama Kembali Menjadi Siam (1945) dan Kembali ke Thailand (1949)

Setelah Perang Dunia II, pada tahun 1945, nama negara kembali diubah menjadi Siam oleh pemerintahan baru yang lebih moderat. Namun, pada 11 Mei 1949, nama Thailand dikembalikan secara resmi dan dipertahankan hingga sekarang.

VIII. Thailand Modern

Thailand hari ini adalah negara dengan pemerintahan monarki konstitusional, dipimpin oleh Raja Vajiralongkorn (Rama X), putra mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX). Meskipun telah terjadi beberapa kudeta militer dan ketegangan politik, Thailand tetap mempertahankan sistem monarki dan budaya nasionalnya.

Negara ini juga terus dikenal dengan julukan “Tanah Senyum”, mencerminkan keramahan masyarakatnya serta kekayaan budayanya.

Perjalanan dari Siam ke Thailand bukan hanya sekadar pergantian nama, tetapi sebuah transformasi besar dalam sejarah bangsa. Dari kerajaan yang makmur, negara ini berhasil menjaga kemerdekaannya dari penjajahan asing dan membentuk jati diri nasional yang kuat. Meski tantangan modern terus menghadang, semangat kebebasan dan keunikan budaya Thailand tetap menjadi kebanggaan bangsa ini.

Steven
Author: Steven

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *