Advertisement

M. Sjafei: Edukator Revolusioner dan Arsitek Generasi Pembangun Bangsa

AKTAMEDIA.COM, Pekanbaru – 11 Juli 2025 — Di tengah keramaian narasi kemerdekaan yang dipenuhi rentetan pertempuran dan retorika politik, muncul sosok yang memilih medan pendidikan sebagai sarana revolusi sejati. Dr. (H.C.) Mohammad Sjafei, atau Engku Mohammad Syafei, adalah pendiri INS (Indonesische Nederlandersche School) Kayutanam, seorang pendidik revolusioner dan pejuang kemerdekaan lewat pengorganisasian lembaga pendidikan berbasis nasionalisme. Meski mungkin tak begitu dikenal seperti Soekarno, Hatta, atau Sjahrir, kontribusinya melahirkan generasi intelektual yang kelak membangun republik. Siapakah dia? Bagaimana sepak terjangnya membentuk fondasi intelektual bangsa?

Kelahiran & Latar Belakang

Mohammad Sjafei lahir pada 31 Oktober 1893 di Ketapang, Kalimantan Barat, dari keluarga keturunan Jawa-Barito, namun diangkat oleh tokoh pendidik Minangkabau, Ibrahim Marah Sutan. Ia pindah ke Bukittinggi dan menamatkan pendidikan di Kweekschool (sekolah guru) di Fort de Kock, dengan hasil cemerlang. Semangatnya mengintip pelajaran anak bangsawan hingga diizinkan masuk kelas—bukti awal ketekunan dan kehausan ilmu.

 

Menimba Ilmu di Belanda

Pada 31 Mei 1922, Sjafei diberi peluang belajar di Belanda. Ia memperdalam pedagogi, seni lukis, musik, dan teknik mengajar selama tiga tahun. Selain melanjutkan pendidikan, ia aktif dalam organisasi Indische Vereeniging—cikal bakal gerakan pelajar nasionalis di Eropa.

INS Kayutanam: Revolusi Pendidikan

Kembali ke Indonesia pada 1926, ia diamanahi mengelola Ruang Pendidikan INS Kayutanam di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sekolah itu dirancang sebagai alternatif revolusioner terhadap sistem kolonial, dengan prinsip integrasi “tangan, otak, dan hati”. Model pendidikan aktif-kreatif tanpa belenggu buku teks Belanda ini menjadi tonggak pendidikan nasional. Para alumni INS meneruskan semangat merdeka sebagai politisi dan intelektual: Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Burhanuddin Harahap, Mohammad Natsir, Chairil Anwar, dan lainnya.

 

Pemikiran Pendidikan yang Transformatif

Filosofinya bukan sekadar transfer ilmu, tetapi membentuk kepribadian berdikari dan cinta tanah air—ciri negara merdeka yang berasal dari warga merdeka. Pendidikan yang Sjafei terapkan menekankan pendidikan kemerdekaan, kebangsaan, karakter, keterampilan, dan hubungan dengan alam. Prinsip “tangan, otak, hati” tertuang dalam kurikulum publik INS . Biografinya menegaskan keinginannya mencetak warga negara yang mandiri dan kreatif, bukan hanya patuh secara mekanis.

 

Peran dalam Gerakan Nasional

Sebagai figur pendidikan, Sjafei tak duduk diam saat negara dilanda agresi. Ia menjadi ketua Dewan Sumatera di era pendudukan Jepang dan membacakan teks Proklamasi di Bukittinggi. Nama Sjafei juga muncul sebagai ketua BPUPK wilayah Sumatra—menandakan posisinya dalam persiapan kemerdekaan suatu bangsa.

Karier Politik & Pemerintahan

Setelah proklamasi kemerdekaan, Sjafei menjabat Residen Sumatera Barat (1 Oktober–15 November 1945) di era awal, kemudian dipercaya menjabat Menteri Pendidikan & Pengajaran Kabinet Sjahrir II (12 Maret–2 Oktober 1946). Ia mengintegrasikan kurikulum nasional dengan semangat INS dalam kementerian—sebuah bentuk dedikasi dalam formalisasi sistem pendidikan Indonesia .

 

Konsolidasi Usai Kemerdekaan

Sjafei juga sempat menjadi Menteri Pendidikan dan Kesehatan dalam pemerintahan PRRI. Meski fase itu penuh ketegangan politik, ia tetap menjaga integritasnya sebagai pendidik. Setelah beberapa tahun, ia kembali membangun INS dan aktif dalam advokasi otonomi pendidikan daerah.

 

Wafat dan Warisan

Sjafei wafat pada 5 Maret 1969 di Jakarta dan dimakamkan di kawasan INS Kayutanam. Penyematan gelar Pahlawan Nasional dianugerahi pada Peringatan Hari Pahlawan tahun 2000 via Bintang Mahaputera . Warisannya abadi lewat INS Kayutanam, beserta filosofi pendidikan yang masih relevan di era digital.

Mohammad Sjafei adalah contoh strategis seorang pejuang tanpa senjata — melalui pendidikan ia merubah kesadaran kolektif. INS Kayutanam bukan hanya sekolah, tetapi agen transformasi intelektual yang melahirkan pemimpin bangsa. Ia membuktikan bahwa revolusi sejati dimulai dari kelas dan hati, dan berfungsi sebagai pondasi saat negara berdiri.

Pendapat Pribadi

Bagi saya, Mohammad Sjafei menegaskan bahwa kemerdekaan sejati lahir dari pikiran merdeka dan karakter mandiri. Filosofinya: “tangan, otak, hati”—mengajarkan bahwa perubahan sejati menuntut keserasian dari tindakan, pemikiran kritis, dan empati. Di tengah kekhawatiran tentang kualitas sistem pendidikan saat ini, warisannya menjadi pengingat — bahwa mencetak generasi bermoral dan kreatif jauh lebih penting daripada sekadar mengukur capaian akademik.

Daftar Sumber Referensi

1. Wikipedia Indonesia – Mohammad Sjafei

2. Pasbana.com – “M. Sjafei: Dari Guru Seni Menjadi Pejuang Kemerdekaan dan Pendidikan”

3. Kompasiana – “Sejarah & Pemikiran Tokoh Pendidikan Nasional Mohammad Syafei”

4. Kompas.id – “Ki Hadjar dan Engku Syafei, Inspirator Kemerdekaan dari Ruang Kelas”

5. Undip e-journal – “Mohammad Sjafei: A Nationalist Educator in West Sumatra”

6. Scribd – Pendidikan Menurut Mohammad Syafei

7. IAIN Bengkulu repo – Pemikiran Pendidikan M. Syafe’i Perspektif Pendidikan Islam

8. Wikipedia Inggris – BPUPK Sumatra (Ketua Mohammad Sjafei)

9. Wikipedia Indonesia – Daftar Gubernur Sumatera Barat (Residen Sjafei)

Aditya Baso
Author: Aditya Baso

Newbie

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *