AKTAMEDIA, Pekanbaru – 8 Juli 2025 — Dalam sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia, nama Abdul Muis menjadi sosok yang patut dikenang. Lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, pria yang dikenal sebagai Sutan Penghulu ini kemudian menjadi Pahlawan Nasional pertama yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno pada Agustus 1959 . Ia dikenal sebagai jurnalis kritis, penulis sastra terdepan, serta tokoh pergerakan yang gigih menolak penindasan kolonial Belanda. Namun, siapa sebenarnya Abdul Muis dan bagaimana sepak terjangnya dalam merebut kemerdekaan Indonesia?
—
1. Latar Belakang dan Pendidikan Awal
Abdul Muis lahir pada 3 Juli 1886 di Bukittinggi, Sumatera Barat, di keluarga terhormat Minangkabau — ayahnya, Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman, merupakan tokoh masyarakat yang tegas menentang penjajahan Belanda . Ia mengenyam pendidikan sekolah Eropa rendah (ELS), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumi Putera) di Batavia, meski akhirnya tidak menyelesaikan pendidikannya karena sakit .
Selepas itu, ia menjadi jurnalis di Bintang Hindia (1905), hingga menjadi bagian redaksi Preanger Bode di Bandung sekitar 1912. Di media inilah ia mulai menyuarakan kritik terhadap perlakuan kolonial, dan kemudian menulis artikel ultra-kritis dalam De Express — media berbahasa Belanda — yang secara blak-blakan mengritik sikap kolonial terhadap pribumi .
2. Aktivisme Politik dan Perlawanan Kolonial
Pada 1912, Abdul Muis mendirikan dan menjadi redaktur Kaoem Moeda, surat kabar gerakan nasional pertama di Hindia . Ia juga terlibat aktif dalam Sarekat Islam sejak 1913, menjadi wakil organisasi tersebut di Belanda dan melakukan lobi politik untuk mewakili kepentingan bumiputra di parlemen Belanda .
Pada 1918, ia diangkat sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat kolonial) — salah satu platform politik penting yang digunakan untuk menentang dominasi kolonial . Namun, karena artikelnya yang menyulut perlawanan, ia sempat ditangkap dan diasingkan beberapa kali, termasuk ke Garut selama tiga tahun setelah memimpin mogok buruh di Yogyakarta pada 1922 .
3. Peralihan ke Sastra dan Warisan Budaya
Pada akhir dekade 1920-an, Abdul Muis mengalihkan perhatiannya ke dunia sastra. Ia mulai berkorespondensi dengan Balai Pustaka pada 1927 dan menerbitkan novel Salah Asuhan (Wrong Upbringing) pada 1928—sebuah kisah tragis yang menceritakan konflik nilai tradisional dan Barat dalam masyarakat kolonial .
Selain itu, ia menulis novel lain seperti Pertemuan Jodoh (1932), dan beberapa karya berikutnya hingga awal 1950-an. Karya-karyanya diminati karena mampu memicu kesadaran nasional melalui lensa kritis budaya .
4. Pejuang Kemerdekaan Setelah Proklamasi
Pasca-Proklamasi 1945, Abdul Muis tidak hanya berkutat pada dunia tulisan. Ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan untuk membangkitkan pembangunan daerah Priangan dan mendukung konsolidasi Republik Indonesia di Jawa Barat .
Ia juga terlibat mendirikan Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu institusi pendidikan nasional terdepan, melalui aktivitas advokasi dan kolaborasi dengan tokoh-tokoh teknik kolonial Belanda .
5. Akhir Hidup, Pengakuan, dan Status Pahlawan
Abdul Muis menghabiskan akhir hidupnya di Bandung, di mana ia wafat pada 17 Juni 1959 dalam usia 72–76 tahun, tergantung sumber . Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, dan dianugerahi status Pahlawan Nasional pertama oleh Presiden Soekarno pada 30 Agustus 1959 .
—
Abdul Muis adalah representasi lengkap dari pejuang kemerdekaan: dengan pena, kata, dan gagasan, ia menentang kolonialisme; dengan bahasa dan budaya, ia menyemai semangat nasionalisme; dengan politik dan pendidikan, ia mendukung fondasi republik baru.
Melalui kiprahnya sebagai jurnalis, tokoh pergerakan, pengarang monumental, dan pendiri institusi negara, ia melintasi berbagai domain sosial. Ia menunjukkan bahwa perlawanan tidak sebatas medan pertempuran, melainkan juga lapangan budaya, pemikiran, dan sistem pembelajaran.
Warisan Abdul Muis mengajarkan kita bahwa kemerdekaan bukan hanya diukur dengan proklamasi, tetapi juga dengan kesadaran nasional, keragaman budaya, dan pendirian moral. Ia menjadi bukti bahwa literatur dan pengetahuan adalah senjata ampuh dalam pembebasan, dan bahwa jalan bangsa menuju kemerdekaan adalah lintas multidimensional—abadi dan berkelanjutan.
—
📚 Daftar Sumber
1. Wikipedia Inggris – Abdul Muis (penulis, jurnalis, aktivitas politik, pahlawan nasional) .
2. Wikipedia Indonesia – Abdul Muis (kelahiran, latar belakang, pahlawan nasional pertama) .
3. Indonesia Investments – National Heroes of Indonesia: Abdul Muis; Writer, Journalist & Nationalist .
4. Kompas.com – Profil Abdul Muis, biografi dan perjuangan .
5. Sage II Vacation Home – Abdul Muis: West Sumatra’s Novelist and First National Hero .
6. Wikipedia Inggris – Salah Asuhan (karya utama) .
7. Wikipedia Inggris – National Hero of Indonesia (ketentuan status & tahun pemberian) .
Aditya Baso
Great 👍