AKTAMEDIA.COM, PEKANBARU – Namanya mungkin belum sepopuler atlet nasional yang sering muncul di layar kaca. Namun bagi kalangan muda, terutama mereka yang mengenal dunia kampus, organisasi, dan dakwah Islam, Miftakhurrahman—atau akrab disapa Miftah—adalah sosok inspiratif yang mewakili wajah anak muda Indonesia yang utuh: tangguh secara fisik, aktif secara sosial, dan kuat secara spiritual.
Lahir di Tanjung Balai Karimun, daerah kepulauan di barat laut Provinsi Kepulauan Riau, Miftah tumbuh dalam lingkungan yang sederhana namun sarat nilai keislaman dan semangat perjuangan. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dididik dalam keluarga yang menjunjung tinggi akhlak, kerja keras, dan pentingnya peran sosial.
Sejak remaja, Miftah dikenal sebagai sosok yang aktif. Di sekolah, ia mulai menekuni olahraga bola basket dan perlahan menunjukkan bakat luar biasa. Ketekunan dalam latihan dan disiplin membuatnya terus menanjak, hingga akhirnya dipercaya mewakili Indonesia dalam ajang SEA Games—sebuah prestasi yang tidak mudah diraih, terlebih oleh pemuda dari wilayah kepulauan yang jauh dari pusat pelatihan nasional.
Namun Miftah bukan sekadar atlet. Di balik pencapaiannya di lapangan, ia adalah aktivis dakwah yang konsisten menyuarakan nilai-nilai Islam, terutama di kalangan generasi muda. Saat melanjutkan kuliah di Universitas Islam Riau (UIR), Miftah menjadikan kampus bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ladang dakwah. Ia aktif membina kelompok-kelompok mentoring keislaman, mengisi kajian, bahkan menjadi penggerak kegiatan-kegiatan dakwah kampus dan komunitas.
“Dakwah itu bukan hanya di masjid atau mimbar. Di lapangan olahraga pun kita bisa berdakwah lewat akhlak dan keteladanan,” ujar Miftah dalam satu sesi diskusi pemuda, menunjukkan betapa ia memaknai dakwah sebagai bagian tak terpisahkan dari setiap aspek kehidupan.
Keaktifannya di organisasi keislaman, baik di tingkat kampus maupun luar kampus, membuatnya dikenal sebagai figur muda yang mampu merangkul banyak kalangan. Ia bisa berdiskusi dengan aktivis, ngobrol santai dengan atlet, hingga memberi motivasi kepada pelajar tentang pentingnya menjaga iman di tengah zaman yang semakin terbuka.
Satu hal yang membedakan Miftah dengan aktivis kebanyakan adalah kemampuannya menyatukan tiga dunia sekaligus: dunia olahraga yang menuntut fisik dan ketekunan, dunia organisasi yang memerlukan kepemimpinan dan kecerdasan sosial, serta dunia dakwah yang menuntut kedalaman spiritual dan keikhlasan. Kombinasi inilah yang menjadikannya sosok panutan di lingkungannya.
Bagi Miftah, keberhasilan bukan hanya dinilai dari banyaknya penghargaan atau sorotan media, tetapi sejauh mana seseorang bisa membawa manfaat bagi umat. “Berlari cepat di lapangan itu baik, tapi yang lebih penting adalah apakah kita juga cepat merespons panggilan dakwah, cepat menolong sesama, dan cepat taat kepada Allah,” ucapnya dalam sebuah ceramah kepemudaan.
Kini, Miftah terus mengabdikan dirinya sebagai pembina pemuda, pelatih basket di komunitas lokal, sekaligus narasumber berbagai forum keislaman. Ia meyakini bahwa tugas generasi muda bukan hanya membanggakan bangsa lewat prestasi, tapi juga menjadi cahaya bagi masyarakat di tengah gelapnya tantangan zaman.
Di tengah dunia yang terus berubah dan godaan yang semakin kuat, sosok seperti Miftakhurrahman menjadi teladan: bahwa keseimbangan antara dunia dan akhirat bukan sesuatu yang mustahil, asalkan ada niat tulus dan perjuangan konsisten.
Leave a Reply