AKTAMEDIA.COM, DAKOTA – Bayangkan berdiri di atas gedung pencakar langit, lalu menengok ke bawah dan melihat bumi begitu kecil. Sekarang bayangkan kamu harus memanjat menara setinggi 457 meter — atau setara dengan lebih dari 1,5 kali tinggi Menara Eiffel — hanya untuk mengganti satu bohlam! Tapi itulah pekerjaan pria pemberani dari South Dakota, Amerika Serikat ini.
Setiap enam bulan sekali, pria ini memanjat sebuah menara komunikasi raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Menara ini sangat tinggi sehingga lampu di puncaknya harus diganti secara manual agar tetap terlihat oleh pesawat terbang sebagai tanda navigasi. Tanpa lampu itu, risiko kecelakaan udara bisa meningkat!
Menariknya, pria ini dibayar $20.000 atau sekitar Rp320 juta untuk sekali memanjat!. Pekerjaan ini tergolong langka dan berbahaya, karena tidak hanya memerlukan keberanian ekstrem, tapi juga kondisi fisik yang prima serta pelatihan keselamatan yang ketat.
Setiap pendakian bisa memakan waktu 2 hingga 3 jam, tergantung pada kondisi cuaca dan angin. Jika angin terlalu kencang, pemanjatan bisa dibatalkan demi keselamatan. Pria ini harus membawa perlengkapan pribadi, tali pengaman, dan tentu saja bohlam pengganti. Semua dilakukan dengan tangan, tanpa lift!.
Profesi ini disebut sebagai tower climber, dan meski terdengar menakutkan, ternyata banyak orang yang tertarik karena bayaran tinggi dan pengalaman tak terlupakan. Namun, hanya sedikit yang benar-benar mampu menjalani pelatihan dan memiliki mental baja untuk menghadapi ketinggian ekstrem ini.
Salah satu fakta menarik, menara komunikasi seperti ini sudah digunakan sejak tahun 1940-an, dan kebutuhan penggantian lampu secara berkala merupakan standar keselamatan penerbangan internasional. Meskipun teknologi sudah maju, beberapa sistem tetap membutuhkan intervensi manual oleh manusia.
Meski terlihat seperti pekerjaan gila, orang-orang seperti pria ini sangat berjasa dalam menjaga keselamatan udara. Tanpa mereka, lampu puncak menara bisa padam dan berpotensi membahayakan nyawa banyak orang di udara. Sebuah pekerjaan kecil, tapi punya dampak besar.
Dalam wawancara, ia mengaku sudah menjalani pekerjaan ini selama bertahun-tahun. Menurutnya, rasa takut tetap ada, tapi itu juga yang membuatnya tetap waspada dan fokus. “Setiap kali sampai di puncak, aku merasa seperti berada di ujung dunia,” ujarnya.
Pemandangan dari atas? Tak tertandingi. Katanya, saat sampai di atas, kamu bisa melihat lengkungan bumi dan awan yang terlihat seperti karpet putih. Tapi tentu saja, tidak semua orang sanggup berada di situ. Apakah kamu termasuk yang berani mencobanya?
Jadi, lain kali kamu melihat lampu merah kecil berkedip di puncak menara komunikasi, ingatlah bahwa ada seseorang yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk menyalakan cahaya itu. Sebuah pekerjaan luar biasa untuk orang luar biasa.
Leave a Reply