AKTAMEDIA.COM, JAMBI – Di tengah gempuran teknologi dan modernisasi pendidikan, masih banyak cerita mengharukan dari pelosok negeri yang memperlihatkan betapa pendidikan di Indonesia belum merata. Salah satunya datang dari SD Negeri 117 Simpang Limbur, yang terletak di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Sekolah ini bukan hanya menyimpan kisah semangat belajar para siswa, tetapi juga perjuangan luar biasa para guru yang mengabdi di sana.
Setiap hari, para guru di SDN 117 Simpang Limbur harus menempuh perjalanan yang jauh dari kata nyaman. Mereka melintasi jalanan berbatu, hutan lebat, dan tantangan alam lainnya. Namun yang paling menantang adalah saat mereka harus melintasi sebuah jembatan gantung yang kondisinya telah rusak parah. Demi sampai ke sekolah, mereka meniti seutas tali yang tersisa di atas jembatan tersebut—sebuah tindakan yang sangat berisiko dan bisa saja merenggut nyawa.
Tidak ada tali pengaman. Tidak ada infrastruktur layak. Hanya semangat dan tekad kuat untuk mendidik anak-anak di desa itulah yang menjadi penguat langkah mereka. Setiap kali kaki berpijak di tali jembatan, mereka mempertaruhkan keselamatan demi memastikan bahwa anak-anak tak kehilangan hak untuk belajar.
Perjuangan ini bukan hanya soal keberanian, tetapi juga dedikasi dan kecintaan terhadap profesi. Mereka tahu, jika mereka menyerah, anak-anak di desa itu akan kehilangan akses pendidikan. Dan jika itu terjadi, masa depan mereka pun ikut terancam.
Kondisi jembatan rusak ini sudah berlangsung cukup lama. Warga dan pihak sekolah sudah beberapa kali melaporkan dan mengusulkan perbaikan kepada pemerintah daerah. Namun hingga kini, belum ada tindakan nyata yang dilakukan. Sementara itu, waktu terus berjalan, dan para guru tetap harus melintasi jembatan tersebut setiap hari.
Hal ini menunjukkan masih lemahnya perhatian terhadap infrastruktur dasar pendidikan di daerah terpencil. Padahal, pendidikan adalah hak setiap anak, dan guru adalah ujung tombaknya. Ketika akses menuju sekolah saja sulit dan berbahaya, bagaimana mungkin kita bisa berharap hasil pendidikan akan maksimal
Kisah ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa masih banyak saudara kita di pelosok yang berjuang dalam sunyi demi masa depan generasi bangsa. Mereka tidak meminta sorotan, hanya berharap adanya perbaikan nyata. Pemerintah pusat maupun daerah sudah seharusnya memprioritaskan pembangunan infrastruktur penunjang pendidikan di wilayah-wilayah terpencil seperti Simpang Limbur.
Peran masyarakat juga sangat penting. Melalui media sosial, kampanye donasi, dan perhatian kolektif, kita bisa mendorong percepatan perubahan. Karena sejatinya, perjuangan guru adalah perjuangan kita semua.
Guru-guru di SDN 117 Simpang Limbur bukan sekadar pendidik; mereka adalah pahlawan sejati di medan yang nyata. Mereka mengajarkan kita arti ketulusan, pengabdian, dan keberanian. Di saat banyak orang mengejar kenyamanan, mereka justru memilih jalan terjal demi sebuah cita-cita: mencerdaskan kehidupan bangsa.
Semoga kisah ini menggugah hati kita semua untuk lebih peduli, dan semoga segera hadir solusi nyata bagi mereka—karena setiap langkah mereka adalah cahaya bagi masa depan anak-anak Indonesia.
Leave a Reply