AKTAMEDIA.COM – Dulu 4 tahun yg lalu saya melihat, menyapa dan berkenalan dengan dua orang anak muda di masjid, yg 1 berinisial M dan yg 1 berinisial D. Banyak pertanyaan yg saya tanyakan ke mereka berdua, termasuk siapa nama, dari mana asal, sudah berapa lama di Pekanbaru, apa kerja, sudah kuliah atau belum?
Simpulannya, mereka merantau sambil bekerja.
Lalu saya tawarkan untuk kuliah sambil bekerja di Kota ini. Memberikan motivasi tentang pendidikan agak lama akhir keputusannya yg si M mengatakan YA tanda setuju untuk kuliah sambil bekerja dan sambil mencicil biaya kuliah, sedangkan si D tidak mau kuliah padahal mereka berasal dari kampung yg sama. Sudah berulang si D dimotivasi agar mau berpendidikan tinggi tapi ia tetap mengatakan “TIDAK”. Empat tahun berlalu apa yg terjadi? Si M meraih sarjana dan bekerja di Kota, berwawasan tinggi, penampilan bersih dan awet. Ketika pulang kampung disegani, jadi kebanggaan keluarga, banyak perempuan berpendidikan dan kaya ingin melamarnya tapi ia tidak mau karena belum dapat restu dari orangtua. Sedang si D balik ke kampungnya, kerjanya ulakmudik, ke hulu ke hilir, ke laut ke darat, ngumpul di mana orang ngumpul, tidak ada perubahan, uang hasil kerjanya di Kota dulu habis begitu saja. Tidak punya gelar dan belum menikah.
Kasus seperti ini sebenarnya banyak dialami dalam kehidupan….keajaiban kata “YA” dalam perubahan nasib. Ketika seseorang ditawarkan peluang kebaikan lalu ia katakan kata “YA” lalu ia actionkan dan hadapi batu bata cobaan dan rintangannya sampai ia mencapai puncak kesuksesan. Setelah itu orangtuanya akan tersenyum gembira melihat beberhasilan anaknya. Ketika ia sudah menikah, maka istri, anak keturunan, saudara, mertuanya dan orang-orang pendukungnya juga bangga.
Oleh : Dr. Yundri Akhyar, M.A (Penggiat dan praktisi pendidikan Riau)
Leave a Reply