AKTAMEDIA.COM – Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi bagi bangsa Arab, melainkan merupakan medium utama bagi lahir dan berkembangnya peradaban Islam. Bahasa ini telah menjadi wadah bagi pengetahuan, budaya, dan spiritualitas yang membentuk dunia Islam selama lebih dari satu milenium. Dalam khazanah intelektual Islam klasik, hampir seluruh karya agung dalam bidang tafsir, hadis, fiqh, filsafat, kedokteran, astronomi, hingga sastra, ditulis dalam Bahasa Arab. Menyelami Bahasa Arab berarti menyelami samudra pengetahuan yang membentuk wajah peradaban Islam itu sendiri.
Sebagai bahasa wahyu, Bahasa Arab mendapatkan kedudukan istimewa dalam Islam. Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, diturunkan dalam Bahasa Arab yang fasih, padat makna, dan tinggi nilai sastranya. Allah SWT berfirman:
“إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ”
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya sebagai Al-Qur’an dalam Bahasa Arab agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)
Ayat ini menunjukkan bahwa pemahaman yang mendalam terhadap Al-Qur’an tak dapat dilepaskan dari penguasaan Bahasa Arab. Maka tak mengherankan jika ulama salaf menjadikan belajar Bahasa Arab sebagai prasyarat utama dalam menuntut ilmu agama.
Namun keistimewaan Bahasa Arab tidak berhenti pada dimensi keagamaannya semata. Sejak abad ke-8 hingga ke-13 M, dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia, dan Bahasa Arab menjadi bahasa ilmu pengetahuan internasional. Tokoh-tokoh seperti Al-Khawarizmi, Ibn Sina, Al-Farabi, dan Ibn Rushd menulis karya-karya ilmiah yang menjadi rujukan tidak hanya di dunia Islam, tetapi juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan memengaruhi kebangkitan Eropa dalam era Renaisans. Karya-karya itu semua tertulis dalam Bahasa Arab, dengan kerumitan terminologi dan kecermatan argumentasi yang tidak kalah dari tradisi filsafat Yunani.
Mempelajari Bahasa Arab klasik berarti membuka akses terhadap seluruh khazanah pemikiran dan kebudayaan Islam masa lalu. Hal ini menjadi sangat penting terutama dalam konteks akademik dan dunia pesantren di Indonesia. Sayangnya, banyak generasi muda Muslim yang hari ini tidak lagi menjadikan Bahasa Arab sebagai kunci keilmuan, melainkan hanya sebagai simbol keislaman seremonial.
Di era global saat ini, ketika arus informasi begitu deras dan budaya visual begitu dominan, penguasaan Bahasa Arab menjadi lebih menantang. Akan tetapi, inilah saatnya kita merevitalisasi pembelajaran Bahasa Arab bukan hanya sebagai pelajaran bahasa asing biasa, melainkan sebagai usaha menyambung kembali mata rantai keilmuan dengan para pemikir besar yang telah mewarnai dunia Islam dan dunia global.
Sudah saatnya Bahasa Arab diposisikan sebagai bahasa ilmiah dan peradaban yang berkontribusi besar dalam sejarah dunia. Dengan mengajarkannya secara lebih kontekstual, integratif, dan aplikatif, generasi Muslim masa kini dapat kembali merasakan keindahan dan keluasan warisan intelektual Islam klasik—melalui bahasa yang menjadi jantungnya: Bahasa Arab.
Oleh: Saproni Muhammad Samin
(Dosen Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Riau)
Leave a Reply