AKTAMEDIA.COM – Di tengah bangkitnya ekonomi halal sebagai salah satu sektor strategis global, peran Bahasa Arab tidak lagi semata-mata dilihat dalam konteks keagamaan atau pendidikan Islam, tetapi meluas ke ranah ekonomi dan diplomasi kebudayaan. Bahasa Arab kini menjadi aset komunikasi lintas budaya yang sangat vital dalam dunia bisnis dan pariwisata halal.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri halal global. Namun, potensi ini tidak akan optimal jika tidak ditunjang oleh sumber daya manusia yang mampu menjembatani komunikasi dengan dunia Arab sebagai salah satu mitra utama. Di sinilah Bahasa Arab memainkan peran penting. Ia bukan hanya bahasa ritual keagamaan, tetapi juga alat komunikasi strategis dalam interaksi dagang, layanan pelanggan, dan pengembangan jaringan usaha lintas negara.
Dalam sektor pariwisata halal, semakin banyak wisatawan dari Timur Tengah yang mengunjungi Indonesia. Mereka mencari pengalaman wisata yang sesuai dengan prinsip syariah: makanan halal, tempat ibadah yang mudah diakses, serta pelayanan yang ramah budaya. Penggunaan Bahasa Arab dalam brosur wisata, penunjuk arah, pelayanan hotel, hingga pemandu wisata menjadi nilai tambah yang sangat menentukan kepuasan mereka. Tidak sedikit negara-negara non-Muslim yang telah menyadari pentingnya aspek ini dan mulai mengadopsi penggunaan Bahasa Arab dalam strategi pemasaran wisata mereka.
Sayangnya, masih banyak pelaku usaha di Indonesia yang belum menyadari nilai strategis Bahasa Arab ini. Di beberapa daerah wisata, informasi dalam Bahasa Arab masih sangat minim. Bahkan di sektor perdagangan, pelaku UMKM yang memasarkan produk halal ke negara-negara Arab masih kesulitan menjalin komunikasi langsung karena keterbatasan bahasa.
Pendidikan Bahasa Arab pun perlu merespons fenomena ini dengan membuka ruang perluasan fungsi bahasa. Pengajaran Bahasa Arab hendaknya tidak hanya berorientasi pada kompetensi membaca teks agama atau sastra klasik, tetapi juga diarahkan pada ranah praktis: korespondensi bisnis, negosiasi, pelayanan pelanggan, dan komunikasi lintas budaya. Kurikulum Bahasa Arab praktis yang terintegrasi dengan kebutuhan ekonomi dan pariwisata dapat menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan dunia industri.
Masa depan Bahasa Arab di Indonesia tidak hanya bergantung pada masjid dan pesantren, tetapi juga pada bagaimana ia bisa hadir di etalase-etalase toko, papan penunjuk di bandara, katalog produk, dan laman promosi wisata. Bahasa Arab harus dihidupkan di ruang-ruang publik yang menyapa para tamu dari dunia Arab, sebagai bagian dari layanan berkualitas dan penghormatan terhadap tamu.
Jika Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam ekonomi dan pariwisata halal dunia, maka penguasaan Bahasa Arab oleh pelaku usaha, tenaga kerja, dan generasi muda harus dijadikan bagian dari strategi pembangunan nasional. Inilah saatnya Bahasa Arab keluar dari sekat eksklusivitas keagamaan, dan tampil sebagai bahasa profesional dunia modern yang inklusif dan strategis.
Oleh: Saproni Muhammad Samin
Dosen Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Riau
Leave a Reply