Advertisement

Bahasa Arab dan Masa Depan Pendidikan Islam Indonesia

AKTAMEDIA.COM – Bahasa Arab bukan sekadar bahasa komunikasi antarbangsa. Ia adalah bahasa agama, ilmu, dan peradaban. Lebih dari 1.400 tahun, Bahasa Arab telah menjadi pengusung utama transmisi pengetahuan Islam dari generasi ke generasi. Kitab suci Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab; ribuan hadis Nabi, warisan tafsir, hukum Islam (fiqh), filsafat, sains klasik, hingga puisi spiritual para sufi semuanya tertulis dalam untaian kata Arab yang penuh makna dan daya hidup. Maka, mempertahankan dan memperkuat posisi Bahasa Arab bukan hanya tugas akademik, melainkan sebuah keniscayaan kultural dan peradaban bagi masa depan pendidikan Islam di Indonesia.

Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Bahasa Arab dalam konteks pendidikan formal seringkali terpinggirkan. Di banyak madrasah dan sekolah Islam, Bahasa Arab hanya menjadi pelajaran teori linguistik tanpa ruh, tanpa makna. Tidak sedikit siswa yang hafal tashrīf fi‘il, namun kesulitan memahami makna ayat Al-Qur’an atau teks hadis sederhana. Hal ini menunjukkan adanya jarak antara pendekatan pengajaran Bahasa Arab dengan fungsinya sebagai bahasa pemahaman agama dan kehidupan.

Di sinilah kita harus melakukan reorientasi. Bahasa Arab tidak bisa diperlakukan hanya sebagai objek hafalan gramatikal. Ia harus diajarkan sebagai bahasa yang hidup, yang fungsional, yang mampu membuka cakrawala berpikir dan spiritual peserta didik. Pendidikan Islam Indonesia tidak akan pernah matang tanpa kemampuan para pelajarnya memahami teks asli ajaran Islam dalam Bahasa Arab. Terjemahan, sebaik dan seteliti apa pun, tetap menyisakan kemungkinan bias makna. Sementara makna-makna ruhani dan hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis hanya bisa diserap sepenuhnya lewat interaksi langsung dengan bahasanya.

Pendidikan Bahasa Arab masa kini harus dirancang ulang dengan pendekatan tematik, komunikatif, dan kontekstual. Guru harus dilatih untuk tidak hanya mengajarkan kaidah, tapi juga makna, fungsi, dan relevansi. Buku ajar Bahasa Arab harus menyatu dengan tema-tema kehidupan, agama, dan kebudayaan, bukan hanya sekadar soal nahwu dan sharaf. Dan yang tak kalah penting, kita harus membangun ekosistem lingkungan berbahasa Arab di lembaga pendidikan Islam, agar Bahasa Arab tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hidup di masjid, perpustakaan, asrama, hingga forum diskusi keagamaan.

Jika kita ingin melihat pendidikan Islam Indonesia menjadi mercusuar bagi dunia Muslim, maka Bahasa Arab harus ditempatkan di jantung sistem pendidikannya. Tanpa Bahasa Arab, kita hanya akan menjadi penonton dalam diskursus Islam global. Sebaliknya, dengan penguasaan Bahasa Arab yang kuat, generasi kita akan mampu menafsirkan, mengembangkan, bahkan memimpin peradaban Islam masa depan dengan pijakan yang otentik dan mendalam.

Bahasa Arab bukan milik Arab semata, ia adalah warisan umat Islam seluruh dunia. Maka menjadi tugas kita, bangsa Muslim terbesar ini, untuk merawat dan menghidupkannya.

 

Oleh : Saproni M. Samin

Cucu Komisaris
Author: Cucu Komisaris

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *