Advertisement

Bahasa Arab: Pilar Keilmuan Islam yang Terlupakan di Sekolah Umum

AKTAMEDIA.COM – Dalam sejarah panjang peradaban Islam, Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi, melainkan medium utama peradaban. Ia menjadi bahasa wahyu, bahasa ilmu, dan bahasa budaya. Di atas fondasi Bahasa Arab-lah lahir warisan intelektual umat Islam yang begitu kaya—dari tafsir, fikih, hadis, hingga filsafat, astronomi, dan kedokteran. Namun ironisnya, di tengah kebangkitan minat terhadap moderasi beragama dan penguatan identitas Islam, Bahasa Arab justru terpinggirkan di ruang-ruang pendidikan formal, terutama di sekolah umum.

Di Indonesia, pembelajaran Bahasa Arab cenderung terasosiasi hanya dengan lembaga pendidikan agama seperti pesantren atau madrasah. Sementara sekolah umum, yang mayoritas pesertanya juga Muslim, tidak memberikan porsi signifikan terhadap Bahasa Arab, bahkan hanya sebatas muatan lokal atau kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi: umat Islam mengaku mencintai Al-Qur’an dan hadis, tetapi tidak diajak untuk mengenali bahasa asli dari sumber-sumber utama ajaran tersebut.

Padahal, pemahaman terhadap teks-teks keagamaan secara autentik sangat bergantung pada penguasaan Bahasa Arab. Terjemahan yang beredar, sebaik apapun, tidak akan pernah bisa menangkap seluruh nuansa makna yang terkandung dalam lafaz-lafaz Al-Qur’an dan hadis. Inilah yang menyebabkan sebagian umat Islam mudah terjebak pada penafsiran harfiah, karena tidak memiliki kemampuan untuk menelusuri konteks dan struktur bahasa dari sumber aslinya.

Kondisi ini berdampak jangka panjang: generasi muda Muslim yang terdidik secara akademik di sekolah-sekolah umum cenderung memiliki jarak linguistik dan intelektual dengan khazanah Islam klasik. Mereka menjadi bergantung pada para penceramah atau konten agama daring yang kadang kurang bertanggung jawab secara metodologis. Padahal, akses terhadap ilmu-ilmu Islam seharusnya bisa dimiliki setiap Muslim, asalkan mereka dibekali alat utamanya: Bahasa Arab.

Sudah saatnya kita mendobrak dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Bahasa Arab tidak hanya milik pesantren, tetapi juga harus menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional, khususnya bagi peserta didik Muslim. Integrasi Bahasa Arab dalam kurikulum sekolah umum dapat menjadi strategi strategis dalam membangun literasi keislaman yang autentik dan kritis.

Pembelajaran Bahasa Arab bukan semata-mata mengajarkan gramatika atau mufradat, tetapi menanamkan kesadaran kebahasaan yang mengakar pada keimanan dan keilmuan. Ia membuka pintu untuk memahami ajaran Islam secara langsung, bukan sekadar dari kutipan-kutipan. Ia juga menjadi jembatan menuju pemikiran-pemikiran agung ulama klasik yang selama ini seakan terkunci oleh sekat bahasa.

Kita tentu tidak sedang berbicara tentang menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di sekolah umum. Namun, memberinya ruang yang layak dalam peta pembelajaran, setara dengan bahasa asing lainnya seperti Inggris atau Mandarin, adalah langkah awal untuk mengembalikan Bahasa Arab ke tempat yang semestinya: sebagai pilar keilmuan Islam yang berpengaruh dan bermartabat.

 

Cucu Komisaris
Author: Cucu Komisaris

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *