Selain pemantauan dari udara, Suharyanto turut mendarat di Kecamatan Rambah dan menyaksikan langsung proses pemadaman menggunakan helikopter *water bombing* di titik yang sulit dijangkau Satgas Darat. Menyikapi medan yang sulit, ia langsung menambah satu unit helikopter guna mempercepat pemadaman api di wilayah tersebut.
“Di lokasi ini, pemadaman pakai Satgas Darat akan sulit karena jalannya tidak ada. Jadi langkahnya harus dari udara, pakai helikopter *water bombing*. Siang ini dipastikan dua helikopter untuk Kabupaten Rokan Hulu,” ujarnya.
Selain itu, ia berencana berkoordinasi dengan tim operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk melakukan penyemaian hujan di langit Rokan Hulu, bergantung pada keberadaan awan potensial.
“Beberapa hari terakhir di Riau sudah hujan, tapi di Rokan Hulu mungkin belum. Hari ini diupayakan OMC di Rokan Hulu jika bisa,” jelasnya.
Ia juga merasakan langsung perubahan kondisi udara. Dibandingkan pemantauan udara sebelumnya, Senin (21/7/2025), jumlah titik api dan asap sudah menurun.
“Tiga hari lalu masih banyak titik api, sekarang relatif terkendali dan banyak yang padam. Artinya upaya pemadaman dan penegakan hukum ada hasilnya meski belum tuntas,” ungkapnya.
Menurutnya, hasil ini merupakan buah dari kerja keras kolaboratif semua pihak dalam penanganan Karhutla, mulai dari OMC, helikopter *water bombing*, hingga operasi darat dari TNI/Polri, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, BPBD, dan unsur terkait lainnya.
“Mudah-mudahan kondisi ini bisa terus dipelihara dan ditingkatkan,” tambahnya.
Suharyanto mengingatkan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Ia menegaskan bahwa tindakan tegas akan terus dilakukan.
“Tahun ini sudah 44 orang dijadikan tersangka. BNPB tidak pandang lahan masyarakat atau korporasi, kalau terbakar, ya kita padamkan. Jangan sampai kebakaran meluas dan mengganggu kesehatan serta nama baik bangsa,” tegasnya.
Leave a Reply