Advertisement

Ilyas Ya’kub: Ulama, Wartawan, dan Pendiri Gerakan Islam Nasionalis Mendatangkan Kemerdekaan RI

AKTAMEDIA.COM, Pekanbaru – 13 Juli 2025 – Pada tanggal 14 Juni 1903, lahir seorang anak dari kampung kecil Asam Kumbang, Bayang Utara — Ilyas Ya’kub, yang kelak menjadi ulama besar, wartawan tangguh, dan pendiri Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Kiprahnya mencerminkan kombinasi yang langka: keyakinan Islam yang kokoh, semangat kebangsaan tinggi, dan keberanian menulis menentang penjajah Belanda dari tanah air hingga pengasingan panjang ke Digul dan luar negeri. Ia resmi diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 1999 melalui Keputusan Presiden No. 074/TK/1999 .

Sub‑Judul 1: Pendidikan & Awal Kesadaran Nasional

Ilyas dibesarkan dalam suasana religius. Ia belajar ilmu agama dari kakeknya, Syeikh Abdurrahman, di Bayang, yang sejak abad ke-17 menjadi pusat pengajaran Islam di Pesisir Barat Sumatra . Setelah sekolah Gouvernements Inlandsche School, ia bekerja sebagai juru tulis di Tambang Batubara Ombilin (1917–1919). Pengalaman menyaksikan penindasan pekerja pribumi memicu kesadarannya bahwa perjuangan bukan hanya agamawi, tetapi juga meluas ke ranah sosial dan politik .

Sub‑Judul 2: Jejak Formatif di Timur Tengah

Pada tahun 1921 ia berkesempatan menunaikan ibadah haji dan kemudian melanjutkan studi di Mesir (1923–1929). Di sana ia mendalami Islam, sekaligus aktif dalam organisasi mahasiswa—seperti Perkumpulan Mahasiswa Indonesia-Malaysia (PMIM)—dan menjadi fungsionaris di organisasi sosial politik seperti Jam’iyat al-Khairiyah dan Difa’ al-Wathan. Ia juga memimpin penerbitan Majalah Seruan Al‑Azhar dan Pilihan Timur, sebagai sarana menyebarkan semangat antikolonial di kalangan diaspora Nusantara dan Malaysia di Kairo .

Sub‑Judul 3: Mendirikan PERMI & Menjalin Jalan Politik Tanpa Kompromi

Ilyas kembali ke Hindia pada 1929 dan pada 1930 mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) — yang awalnya bernama PMI — sebagai wadah integratif antara nilai Islam dan semangat nasionalisme. Ia juga mendirikan media Medan Rakyat (Pemimpin Redaksi sejak 1 Februari 1931) sebagai alat propaganda antikolonial. PERMI berkembang pesat di Sumatera Barat dan cabang-cabangnya menjangkau Aceh, Bengkulu, dan Riau .

Sub‑Judul 4: Penahanan, Pengasingan & Ketidak Kenal Leleh

Karena aktivitasnya di PERMI dan pers, Ilyas dipandang ancaman serius oleh Belanda. Ia pun dipenjara di Muaro Padang selama 9 bulan, lalu diasingkan ke Boven Digoel (1934–1944), dan selanjutnya dipindah ke berbagai lokasi seperti Australia, Kupang, Labuan, Brunei, dan Singapura bersama keluarganya. Baru pada 1946 ia kembali ke Indonesia dan bergabung dengan pasukan republik serta PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda yang kembali menyerang 1948–1949 .

Sub‑Judul 5: Peran dalam Republik Pasca Kemerdekaan

Setelah pengakuan kedaulatan, Ilyas dipercaya menjadi Ketua DPR Provinsi Sumatera Tengah, sekaligus penasihat Gubernur. Perannya penting dalam pembentukan parlemen regional dan konsolidasi politik pasca revolusi di Sumatera — wilayah yang saat itu mencakup Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau .

Sub‑Judul 6: Wafat & Pengakuan untuk Generasi Mendatang

Ilyas Ya’kub wafat pada 2 Agustus 1958 di Koto Barapak, Bayang, dan dimakamkan di sekitar Masjid Raya Al-Munawwarah. Pemerintah lalu menganugerahinya Bintang Mahaputra Adipradana dan status Pahlawan Perintis Kemerdekaan (SK Mensos 1968), kemudian dikukuhkan lagi sebagai Pahlawan Nasional 1999. Namanya diabadikan di gedung olahraga, jalan, dan patung di Painan, sebagai pengingat jasa besar terhadap Republik ini .

Ilyas Ya’kub adalah figur langka yang menjembatani dunia Islam dan politik kebangsaan, sambil mempertahankan integritas dan keberanian tanpa kompromi terhadap penjajahan. Ia membuktikan bahwa perjuangan kemerdekaan bukan sekadar perjuangan fisik, tetapi juga perjuangan ideologis, dimulai dari pendidikan, media, dan nilai agama yang melawan kolonialisme dengan prinsip dan visi kebangsaan.

Pendapat Pribadi

Menurut saya, Ilyas Ya’kub mengajarkan pelajaran penting: kebangsaan dan keyakinan agama bisa bersatu sebagai kekuatan moral transformatif. Ia memperlihatkan bagaimana tekad moral, pemikiran kritis, dan media yang berani dapat membangkitkan kesadaran kolektif—bahwa kemerdekaan tidak hanya diraih oleh senjata, tetapi oleh hati dan pena yang berani bersuara untuk rakyat.

Daftar Sumber Referensi

1. Wikipedia Indonesia – Ilyas Ya’kub biografi, pengasingan, PERMI, DPR Sumatra Tengah

2. Kompas.com – “Ilyas Ya’kub: Kehidupan, Perjuangan, dan Akhir Hidup”

3. Tirto.id – “Ilyas Ya’kub Dibuang karena Memperjuangkan Islam dan Bangsa”

4. Merdeka.com – Profil ulama dan wartawan Minang ini sebagai Pahlawan Nasional

5. Pesisir Selatan official – “Ilyas Yakub, Pahlawan Nasional dari Pesisir Selatan”

Aditya Baso
Author: Aditya Baso

Newbie

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *