AKTAMEDIA.COM, Pekanbaru – 12 Juli 2025 — Dalam barisan tokoh kemerdekaan Indonesia, Djamaluddin Adinegoro menempati posisi unik sebagai wartawan, sastrawan, dan analis politik yang menyuarakan semangat kebangsaan lewat tulisan dan perjalanan ilmiah. Lahir sebagai Achmad Djamaluddin pada 14 Agustus 1904 di Talawi, Sawahlunto, ia menggunakan nama pena Adinegoro agar bisa meneruskan gairah menulisnya tanpa terciduk sensor saat masih belajar di STOVIA.
—
Sub‑Judul 1: Dari STOVIA ke Berlin—Perjalanan Menuju Kepekaan Global
Meski menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA (1918–1925), Adinegoro lebih terpanggil mengikuti dunia jurnalistik. Ia kemudian merantau ke Eropa—terutama Jerman dan Belanda (1926–1930)—belajar jurnalistik, kartografi, geografi, hingga geopolitik. Di Berlin, meditasi ilmiah dan kerja jurnalistiknya membuka pandangan luas mengenai dunia kolonialisme, yang kemudian disalurkan melalui tulisan‑tulisan di Pandji Pustaka dan buku Kembali dari Perlawatan ke Europa.
Sub‑Judul 2: Menghidupkan Pers Modern di Tanah Air
Setiba di Indonesia pada 1931, Adinegoro menjabat pimpinan redaksi Panji Pustaka di Jakarta. Namun, setelah enam bulan ia hijrah menjadi redaktur utama di Pewarta Deli (Medan, 1932–1942), membawa revitalisasi dalam layout, konten, hingga sistem peta dan informasi visual yang saat itu langka dalam koran lokal.
—
Sub‑Judul 3: Pers sebagai Alat Perlawanan Kolonial
Selama masa kolonial dan pendudukan Jepang, Adinegoro memanfaatkan media—termasuk Sumatra Shimbun—sebagai platform kritik terhadap penjajahan. Ia sekaligus menjadi anggota dewan perwakilan provinsi Jepang (Shu Sangi Kai) dan Kepala Bagian Umum Badan Penasihat Sumatra, sebelum mendirikan cabang Antara di Sumatra untuk menyebarkan berita kemerdekaan setelah 17 Agustus 1945.
—
Sub‑Judul 4: Sastra yang Menyalakan Semangat Muda
Sebagai sastrawan, Adinegoro menulis novel Darah Muda (1931) dan Asmara Jaya (1932) melalui Balai Pustaka. Bukunya mengangkat tema konflik adat Minang versus modernisme, serta optimisme generasi muda—sebuah metafora nasionalisme modern yang berkembang di kalangan intelektual muda Indonesia.
Sub‑Judul 5: Bangun Jurnalistik Institusional & Pendidikan
Pasca kemerdekaan, Adinegoro memimpin majalah Mimbar Indonesia (bersama Prof. Supomo, 1948–1950), lalu mendirikan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) pada 1951 yang kemudian menjadi bagian dari LKBN Antara. Ia juga memprakarsai Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta dan fakultas jurnalistik di Universitas Padjadjaran Bandung — fondasi pendidikan jurnalistik nasional.
—
Sub‑Judul 6: Legasi Abadi sebagai Tokoh Pers Nasional
Adinegoro wafat pada 8 Januari 1967 di Jakarta, dan dimakamkan di TPU Karet Bivak. Namanya diabadikan sebagai tokoh pers di Monumen Pers Nasional, dan Anugerah Jurnalistik Adinegoro pun ditujukan kepada wartawan yang menunjukkan keberanian dan integritas tinggi. Ia juga diakui sebagai Perintis Pers Indonesia oleh PWI.
—
Djamaluddin Adinegoro adalah gambaran nyata bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya terjadi di medan tempur, melainkan juga dari meja redaksi dan buku bacaan. Ia membuka cakrawala nasionalisme dengan analisis geopolitik dan liputan dunia melalui perspektif lokal. Pers yang digagasnya berhati sosial dan kritik, bukan hanya pelaporan fakta, tetapi penggerak kesadaran.
—
Pendapat Pribadi
Menurut saya, Adinegoro menunjukkan bahwa kata adalah senjata yang bisa menggugah kesadaran bangsa. Ia memperlihatkan bagaimana jurnalistik profesional berpadu dengan pemahaman global bisa membentuk opini publik dan memicu solidaritas nasional. Pelajaran utamanya: kebebasan informasi dan intelektualitas berintegritas adalah landasan kemerdekaan abadi.
—
Daftar Sumber Referensi
– Wikipedia English – Djamaluddin Adinegoro (biografi, pendidikan Eropa, karier pers)
– Merdeka.com – Mengenal sosok wartawan dan sastrawan Indonesia asal Sumatera Barat
– Kompas – Biografi singkat Djamaluddin Adinegoro
– Mix.co.id – Peran Adinegoro dalam perjuangan kemerdekaan melalui pers
– Kompas dan Harian Haluan – Kiprah pers dan kepemimpinan redaksional Adinegoro
– Journal Univet Bantara – Adinegoro: Pelopor Perjuangan Pena
– Wikipedia & Good News Indonesia – Legasi pendidikan jurnalistik dan penghargaan Adinegoro
Aditya Baso
Great 👍