AKTAMEDIA.COM, JAKARTA – Karena banyak musibah seperti kekeringan, gagal panen, kebakaran hutan, dan penyebaran polusi udara yang tidak dapat dikendalikan yang disebabkan karena terlalu lama tidak turun hujan maka dianjurkan melaksanakan shalat meminta hujan (shalat istisqa).
1. Pemerintah setempat menghimbau kepada masyarakat untuk berpuasa selama 3 (tiga) hari.
2. Pada hari ke empat seluruh masyarakat berkumpul di lapangan pada waktu pagi (sama seperti waktu salat idul fitri/idul adha) untuk mengerjakan shalat berjamaah.
3. Niat shalat istisqa yaitu:
أُصَلِّي سُنَّةَ الإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا/مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى
4. Pelaksanaan shalat istisqa sama dengan shalat idul fitri/idul adha, sesudah takbiratul ihram, melakukan takbir 7 kali pada rakaat pertama, dan 5 kali takbir pada rakaat kedua dan dilanjutkan dengan rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.
5. Khatib menyampaikan khutbah untuk jamaah yang hadir.
Khutbah shalat istisqa terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah. Rukun khutbah dan tata caranya sama dengan khatib shalat id membaca takbir 9 kali pada khutbah pertama dan takbir 7 kali pada khutbah kedua.
Materi khutbah dianjurkan mengajak umat Islam bertaubat, meminta ampun atas segala dosa dengan memperbanyak istighfar sambil berharap Allah mengabulkan apa yang jadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.
Tiap mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunahkan membaca doa dengan cara membalikkan badan dan membelakangi jamaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.
Selengkapnya di:
http://s.id/TataCaraShalatIstisqa
Leave a Reply