AKTAMEDIA.COM, JAKARTA – Potret Kemiskinan Global dan Indonesia Menurut Bank Dunia: Tren, Tantangan, dan Harapan
Pendahuluan
Kemiskinan merupakan salah satu tantangan paling kompleks yang dihadapi dunia saat ini. Meski telah banyak kemajuan yang dicapai dalam beberapa dekade terakhir, laporan terbaru dari Bank Dunia (World Bank) menunjukkan bahwa kemiskinan global masih menjadi kenyataan bagi ratusan juta orang. Artikel ini mengulas data terbaru mengenai jumlah penduduk miskin, baik secara global maupun di Indonesia, berdasarkan indikator dan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia.
Kemiskinan Global: Angka dan Tren
Bank Dunia menggunakan garis kemiskinan ekstrem sebesar $2,15 per hari per orang (dalam paritas daya beli 2017) sebagai standar internasional untuk mengukur kemiskinan ekstrem. Berdasarkan pembaruan data terbaru dari September 2024, berikut adalah temuan utama:
Sekitar 713 juta orang di dunia hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem pada tahun 2022, setara dengan 9% dari populasi global.
Angka ini turun dari puncak lebih dari 1,9 miliar orang pada awal 1990-an, menunjukkan kemajuan signifikan dalam jangka panjang.
Namun, tren penurunan ini mulai melambat dalam beberapa tahun terakhir karena sejumlah tantangan besar seperti pandemi COVID-19, konflik bersenjata, utang negara berkembang yang membengkak, serta krisis iklim.
Proyeksi ke Depan:
Laporan World Bank berjudul “Poverty, Prosperity, and Planet” memproyeksikan bahwa jika tren saat ini berlanjut:
Sekitar 622 juta orang (atau 7,3% populasi global) akan tetap hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2030.
Selain itu, diperkirakan 3,4 miliar orang (sekitar 40% populasi dunia) akan hidup dengan kurang dari $6,85 per hari, yang mencerminkan tingkat kerentanan ekonomi yang sangat tinggi meskipun mereka tidak diklasifikasikan sebagai miskin ekstrem.
Kemiskinan di Indonesia: Gambaran Terkini
Sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di dunia, Indonesia juga menghadapi tantangan kemiskinan, meskipun telah mencatat kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data Bank Dunia:
Tingkat kemiskinan nasional Indonesia berada pada angka 9,0% per Maret 2024, menurun dari 9,4% pada tahun sebelumnya.
Dalam ukuran kemiskinan multidimensi—yang mencakup pendidikan, kesehatan, dan standar hidup—Indonesia mencatat 2,1% penduduk miskin pada 2023, menurun dari 2,6% pada 2022.
Distribusi Kemiskinan:
Tingkat kemiskinan masih lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan. Tantangan struktural seperti akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan berkualitas, serta lapangan kerja formal yang stabil menjadi hambatan utama pengentasan kemiskinan.
Tantangan Global dan Nasional dalam Pengentasan Kemiskinan
1. Krisis Ganda (Pandemi, Konflik, dan Iklim): Pandemi COVID-19 mengakibatkan kemunduran signifikan dalam pengentasan kemiskinan global, menghapus kemajuan yang dicapai dalam hampir satu dekade. Konflik geopolitik dan perubahan iklim semakin memperburuk situasi.
2. Beban Utang Negara Berkembang: Bank Dunia mencatat bahwa banyak negara miskin kini terjerat utang yang membuat mereka kesulitan membiayai program sosial untuk mengatasi kemiskinan.
3. Kesenjangan Ekonomi dan Akses Digital: Ketimpangan pendapatan dan akses terhadap teknologi digital turut memperlebar jurang antara yang kaya dan miskin, terutama di negara-negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk mempercepat pengurangan kemiskinan, Bank Dunia dan para ekonom menyarankan beberapa strategi utama:
Investasi dalam SDM: Memperluas akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan dasar untuk meningkatkan produktivitas jangka panjang.
Inklusi Finansial dan Digitalisasi: Memberikan akses terhadap layanan keuangan dan teknologi digital untuk memperluas peluang ekonomi.
Reformasi Perlindungan Sosial: Meningkatkan cakupan dan efisiensi program bantuan sosial agar lebih tepat sasaran.
Kebijakan Ramah Lingkungan: Mengintegrasikan agenda pengentasan kemiskinan dengan kebijakan adaptasi iklim untuk menciptakan keberlanjutan jangka panjang.
Kesimpulan
Meskipun dunia telah berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem secara signifikan dalam 30 tahun terakhir, tantangan baru telah memperlambat kemajuan tersebut. Indonesia, dengan segala potensi dan kompleksitasnya, juga masih menghadapi pekerjaan rumah besar dalam menurunkan kemiskinan secara berkelanjutan dan inklusif. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa upaya global dan nasional harus beradaptasi dengan realitas baru yang kompleks—dimana pengentasan kemiskinan tidak bisa dipisahkan dari persoalan kesehatan, pendidikan, teknologi, dan iklim.
Leave a Reply